Etnis Uighur desak penyelidikan independen kekerasan di Xinjiang
A
A
A
Sindonews.com – Etnis Uighur yang tinggal di pengasingan mendesak Pemerintah China untuk memungkinkan dilakukannya investigasi independen atas aksi bentrokan terbaru di Xinjiang yang telah menewaskan 8 orang.
“Pemerintah daerah Xinjiang harus mengungkapkan semua informasi atas aksi kekerasan yang terjadi pada Senin (30/12/2013) dan mengizinkan digelarnya penyelidikan independen yang akan dilakukan oleh organiasi internasional," sebut pernyataan Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Munich (WUC), Jerman, Selasa (31/12/2013).
Pada awal pekan ini, polisi China dilaporkan telah menembak mati 8 orang, yang diduga berasal dari etnis Uighur. Polisi China menyatakan, orang-orang itu ditembak mati karena berupaya menyerang kantor polisi.
”Pada sekitar pukul 06.30 pagi waktu China, sembilan preman membawa pisau, menyerang kantor polisi di Kashgar, Yarkand, dan melemparkan bahan peledak. Mobil polisi terbakar,” bunyi pernyataan kepolisian China, seperti dikutip Reuters.
”Polisi mengambil tindakan dengan menembak mati delapan orang dan menangkap satu orang dari mereka,” lanjut pernyataan itu. Kepolisian tersebut, menambahkan, motif serangan teroris tengah diselidiki. Pemerintah China menyebut aksi ini sebagai serangan terorganisasi.
Menurut WUC, insiden ini dan kasus lainnya yang terjadi di Xinjiang adalah upaya pemerintah China untuk membungkam perbedaan pendapat, dengan dalih memerangi terorisme di wilayah yang dihuni mayoritas Muslim itu.
"Kejadian ini membuktikan tren terbaru dari kekerasan yang disponsori negara dan digunakan untuk memadamkan perbedaan pendapat etnis Uighur. Pihak berwenang mengabaikan proses hukum, menembak dan membunuhi warga Uighur, memberi label teroris dan kemudian menggunakan istilah memerangi terorisme untuk membenarkan pembunuhan di luar hukum," kata Presiden WUC, Rebiya Kadeer.
“Pemerintah daerah Xinjiang harus mengungkapkan semua informasi atas aksi kekerasan yang terjadi pada Senin (30/12/2013) dan mengizinkan digelarnya penyelidikan independen yang akan dilakukan oleh organiasi internasional," sebut pernyataan Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Munich (WUC), Jerman, Selasa (31/12/2013).
Pada awal pekan ini, polisi China dilaporkan telah menembak mati 8 orang, yang diduga berasal dari etnis Uighur. Polisi China menyatakan, orang-orang itu ditembak mati karena berupaya menyerang kantor polisi.
”Pada sekitar pukul 06.30 pagi waktu China, sembilan preman membawa pisau, menyerang kantor polisi di Kashgar, Yarkand, dan melemparkan bahan peledak. Mobil polisi terbakar,” bunyi pernyataan kepolisian China, seperti dikutip Reuters.
”Polisi mengambil tindakan dengan menembak mati delapan orang dan menangkap satu orang dari mereka,” lanjut pernyataan itu. Kepolisian tersebut, menambahkan, motif serangan teroris tengah diselidiki. Pemerintah China menyebut aksi ini sebagai serangan terorganisasi.
Menurut WUC, insiden ini dan kasus lainnya yang terjadi di Xinjiang adalah upaya pemerintah China untuk membungkam perbedaan pendapat, dengan dalih memerangi terorisme di wilayah yang dihuni mayoritas Muslim itu.
"Kejadian ini membuktikan tren terbaru dari kekerasan yang disponsori negara dan digunakan untuk memadamkan perbedaan pendapat etnis Uighur. Pihak berwenang mengabaikan proses hukum, menembak dan membunuhi warga Uighur, memberi label teroris dan kemudian menggunakan istilah memerangi terorisme untuk membenarkan pembunuhan di luar hukum," kata Presiden WUC, Rebiya Kadeer.
(esn)