Mutilasi tangan gerilyawan, tentara Australia diselidiki

Jum'at, 30 Agustus 2013 - 14:09 WIB
Mutilasi tangan gerilyawan,...
Mutilasi tangan gerilyawan, tentara Australia diselidiki
A A A
Sindonews.com – Lembaga Penyiaran Nasional Australia telah melaporkan, bahwa pasukan Australia berada di bawah penyelidikan, karena diduga memotong tangan satu gerilyawan yang tewas di Afghanistan.

Lembaga itu melaporkan pada Jumat (30/8/2013), bahwa, seorang pemberontak dibawa kembali ke pangkalan Australia di Tarin Kowt, di Provinsi Uruzgan, Afghanistan. Tujuannya, untuk diambil sidik jarinya setelah pertempuran yang menewaskan empat gerilyawan.

Angkatan Pertahanan Australia (ADF), menegaskan, bahwa mereka sedang menyelidiki insiden yang berpotensi pada tindakan kesalahan selama operasi militer gabungan antara Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan, dan pasukan Australia di Provinsi Zabul, pada bulan April 2013.

ADF dalam sebuah pernyataan, mengatakan, operasi gabungan pasukan Afghanistan dan Australia telah menargetkan komandan pemberontak di sekitar Provinsi Uruzgan. ”Setelah misi selesai, insiden yang berpotensi pada tindakan pelanggaran terjadi di internal ADF,” bunyi pernyataan ADF, seperti dikutip Fox News.

Tentara Australia itu, diminta untuk mengambil sidik jari dan scan mata kelompok pemberontak yang mereka mereka membunuh. Tidak ada konfirmasi, mengapa sidik jari tidak dilakukan di lokasi pertempuran, namun di kamp pasukan.

Seorang penyelidik dari Layanan Investigasi ADF, mengatakan pasukan saat briefing, tidak mempedulikan bagaimana cara mengambil sidik jari, termasuk melakukan mutilasi tangan gerilyawan yang tewas. Jika mutilasi itu terbukti, maka masuk kategori pelanggaran hukum perang, yakni menganiaya mayat.

John Blaxland , seorang peneliti di Universitas Nasional Australia, dan Pusat Studi Pertahanan, mengatakan, jika tuduhan itu benar, maka telah terjadi penyimpangan dari standar tinggi militer Australia di Afghanistan.

Australia memiliki 1.550 tentara di Afghanistan dan merupakan negara yang memberikan kontribusi pasukan terbesar di luar NATO. Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, mengatakan ia memiliki keyakinan, bahwa pimpinan militer Australia menyelidiki kasus itu.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0865 seconds (0.1#10.140)