NATO: Assad gunakan senjata kimia
A
A
A
Sindonews.com - Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, mengatakan, sejumlah bukti yang telah terkumpul menunjukkan bahwa pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia di Suriah, Kamis (29/8/2013).
"Penggunaan senjata kimia di Suriah tidak dapat diterima dan tidak dapat dibiarkan bengitu saja," ungkap Rasmussen setelah mengikuti rapat dengan sejumlah duta besar NATO di Brussels.
"NATO sepenuhnya mendukung penyelidikan yang dilakukan oleh tim penyidik senjata kimia PBB dan berjanji untuk memantau situasi dilapangan dengan terus melakukan pemantauan dengan cermat," lanjut Rasmussen.
Rasmussen mengungkapkan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, menunjukan bahwa rezim Pemerintah Suriah adalah pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas serangan penggunaan senjata kimia di Suriah.
"Hal itu merupakan pelanggaran akatan aturan dan juga kebisaan di lingkungan internasional," lanjutnya.
"Dalam istilah yang sangat kuat, kami mengutuk penggunaan senjata kimia di Suriah yang telah memakan banyak korban jiwa di Suriah. Sejumlah sekutu anggota NATO dengan ini menyatakan dukungan penuh terhadapa invetigasi yang sedang digelar oleh PBB," imbuh Ramussusen.
Seperti diketahui, awal pekan ini tim PBB telah memulai misinya untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Damaskus. Situasi di Suriah tetap mencekam, Selasa (27/8/2013) pagi, hotel tempat mereka bermalam nyaris menjadi sasaran bom, di tengah jalan menuju lokasi penyidikan kendaraan mereka juga sempat ditembaki oleh orang tak dikenal.
Aktivitas penyelidikan sempat ditunda, dan dilanjutkan kembali Rabu (28/8/2013) kemarin. Tim PBB yang dipimpin oleh ilmuwan Swedia, Ake Sellstrom itu mengunjungi wilayah Ghouta, daerah terpencil di timur Damaskus. Setiba di sana, mereka mengambil sampel darah, urine, dan rambut dari korban selamat serangan senjata kimia.
"Penggunaan senjata kimia di Suriah tidak dapat diterima dan tidak dapat dibiarkan bengitu saja," ungkap Rasmussen setelah mengikuti rapat dengan sejumlah duta besar NATO di Brussels.
"NATO sepenuhnya mendukung penyelidikan yang dilakukan oleh tim penyidik senjata kimia PBB dan berjanji untuk memantau situasi dilapangan dengan terus melakukan pemantauan dengan cermat," lanjut Rasmussen.
Rasmussen mengungkapkan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, menunjukan bahwa rezim Pemerintah Suriah adalah pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas serangan penggunaan senjata kimia di Suriah.
"Hal itu merupakan pelanggaran akatan aturan dan juga kebisaan di lingkungan internasional," lanjutnya.
"Dalam istilah yang sangat kuat, kami mengutuk penggunaan senjata kimia di Suriah yang telah memakan banyak korban jiwa di Suriah. Sejumlah sekutu anggota NATO dengan ini menyatakan dukungan penuh terhadapa invetigasi yang sedang digelar oleh PBB," imbuh Ramussusen.
Seperti diketahui, awal pekan ini tim PBB telah memulai misinya untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Damaskus. Situasi di Suriah tetap mencekam, Selasa (27/8/2013) pagi, hotel tempat mereka bermalam nyaris menjadi sasaran bom, di tengah jalan menuju lokasi penyidikan kendaraan mereka juga sempat ditembaki oleh orang tak dikenal.
Aktivitas penyelidikan sempat ditunda, dan dilanjutkan kembali Rabu (28/8/2013) kemarin. Tim PBB yang dipimpin oleh ilmuwan Swedia, Ake Sellstrom itu mengunjungi wilayah Ghouta, daerah terpencil di timur Damaskus. Setiba di sana, mereka mengambil sampel darah, urine, dan rambut dari korban selamat serangan senjata kimia.
(esn)