Penderita gangguan saluran pernapasan di Beijing melonjak
A
A
A
Sindonews.com – Kabut asap yang melanda Beijing, China,dalam beberapa pekan terakhir menyebabkan tingkat kunjungan ke rumah sakit melonjak hingga 20%.Para pasien umumnya menderita gangguan saluran pernapasan.
Jumlah pasien penderita gangguan saluran pernapasan yang dirawat di beberapa rumah sakit di Beijing meningkat hingga seperlima dari hari-hari biasa dalam beberapa hari terakhir. Media setempat, Beijing Morning Post, melaporkan bahwa setengah dari pasien yang dirawat merupakan anak-anak.
Polusi udara menyerang sebagian besar wilayah China utara selama beberapa pekan terakhir dan ini telah memicu kemarahan warga. Surat kabar The China Daily mendesak pemerintah untuk mengungkapkan penyebab polusi. Sebab, selama ini belum ada data yang cukup valid mengenai penyebab polusi.
”Tanpa informasi yang cukup mengenai penyebab polusi, janji pemerintah untuk mengatasi masalah polusi tersebut bisa gagal terwujud,” tulis media tersebut seperti dikutip AFP.
Polusi yang terjadi di ibu kota China tersebut diduga akibat emisi dari pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan asap knalpot kendaraan di jalanjalan. Masyarakat, terutama yang sudah usia renta, anak-anak, dan orang-orang yang mengalami masalah kesehatan di kota berpenduduk 20 juta jiwa tersebut, diminta un-tuk berada didalam rumah lebih awal dalam pekan-pekan ini. Atau jika memang terpaksa harus keluar, mereka diimbau untuk memakai masker pelindung.
Sementara, akibat polusi udara yang terjadi,puluhan penerbangan terpaksa dibatalkan. Pemerintah Beijing telah memerintahkan penutupan darurat pabrik yang memicu polusi udara. Selain itu, kendaraan dinas pemerintah juga diminta untuk tidak dipakai di jalan-jalan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kabut. Namun, langkah tersebut belum cukup. Para pakar menilai diperlukan tindakan yang lebih radikal agar masalah polusi udara bisa tertangani secara efektif.
Jumlah pasien penderita gangguan saluran pernapasan yang dirawat di beberapa rumah sakit di Beijing meningkat hingga seperlima dari hari-hari biasa dalam beberapa hari terakhir. Media setempat, Beijing Morning Post, melaporkan bahwa setengah dari pasien yang dirawat merupakan anak-anak.
Polusi udara menyerang sebagian besar wilayah China utara selama beberapa pekan terakhir dan ini telah memicu kemarahan warga. Surat kabar The China Daily mendesak pemerintah untuk mengungkapkan penyebab polusi. Sebab, selama ini belum ada data yang cukup valid mengenai penyebab polusi.
”Tanpa informasi yang cukup mengenai penyebab polusi, janji pemerintah untuk mengatasi masalah polusi tersebut bisa gagal terwujud,” tulis media tersebut seperti dikutip AFP.
Polusi yang terjadi di ibu kota China tersebut diduga akibat emisi dari pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan asap knalpot kendaraan di jalanjalan. Masyarakat, terutama yang sudah usia renta, anak-anak, dan orang-orang yang mengalami masalah kesehatan di kota berpenduduk 20 juta jiwa tersebut, diminta un-tuk berada didalam rumah lebih awal dalam pekan-pekan ini. Atau jika memang terpaksa harus keluar, mereka diimbau untuk memakai masker pelindung.
Sementara, akibat polusi udara yang terjadi,puluhan penerbangan terpaksa dibatalkan. Pemerintah Beijing telah memerintahkan penutupan darurat pabrik yang memicu polusi udara. Selain itu, kendaraan dinas pemerintah juga diminta untuk tidak dipakai di jalan-jalan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kabut. Namun, langkah tersebut belum cukup. Para pakar menilai diperlukan tindakan yang lebih radikal agar masalah polusi udara bisa tertangani secara efektif.
(esn)