Aliran senjata picu konflik di Sudan Selatan
A
A
A
Sindonews.com - Amnesti Internasional (AI) menuturkan, senjata yang dikirim dari Sudan, China dan Ukraina memicu konfilk di Mayom, Sudan Selatan.
Dalam laporan investigasi yang diterbitkan (AI), senjata ini telah digunakan kelompok pemberontak dan militer Sudan Selatan untuk melakukan serangan membabi buta. Akibatnya, banyak orang tewas dan terluka di Sudan Selatan.
"Aliran tank dari Sudan, ranjau darat China, dan tank Ukraina telah menewaskan banyak warga sipil di Sudan Selatan," ungkap pernyataan AI seperti diberitakan BBC, Kamis (28/6/2012).
AI mengatakan, tank yang digunakan oleh militer Sudan Selatan sebelumnya merupakan milik Sudan People's Liberation Army (SPLA). Tank tersebut didatangkan sekitar tahun 2007-2009 melalui Kenya. Sementara sebagian lagi didatangkan melalui Ukraina, Jerman dan Inggris.
Pengiriman senjata ini tetap terjadi, meskipun Sudan melalui People's Liberation Movement (SPLM) telah melakukan perjanjian damai. Sementara itu, European Union (EU) juga sudah memutuskan untuk mengembargo sejata ke Sudan Selatan.
AI menilai, penggunaan senjata tanpa arahan melangar hukum kemanuasiaan internasional. Karena tanpa arahan mereka akan kesulitan untuk membedakan mana penduduk sipil dan sasaran militer.
AI mengimbau negara internasional penjual senjata agar berhenti melakukan penjualan senjata ke negara yang beresiko besar melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Sampai berita ini diturunkan, pihak Amnesti Internasional belum melemparkan tuduhan secara resmi kepada tiga negara ini.
Dalam laporan investigasi yang diterbitkan (AI), senjata ini telah digunakan kelompok pemberontak dan militer Sudan Selatan untuk melakukan serangan membabi buta. Akibatnya, banyak orang tewas dan terluka di Sudan Selatan.
"Aliran tank dari Sudan, ranjau darat China, dan tank Ukraina telah menewaskan banyak warga sipil di Sudan Selatan," ungkap pernyataan AI seperti diberitakan BBC, Kamis (28/6/2012).
AI mengatakan, tank yang digunakan oleh militer Sudan Selatan sebelumnya merupakan milik Sudan People's Liberation Army (SPLA). Tank tersebut didatangkan sekitar tahun 2007-2009 melalui Kenya. Sementara sebagian lagi didatangkan melalui Ukraina, Jerman dan Inggris.
Pengiriman senjata ini tetap terjadi, meskipun Sudan melalui People's Liberation Movement (SPLM) telah melakukan perjanjian damai. Sementara itu, European Union (EU) juga sudah memutuskan untuk mengembargo sejata ke Sudan Selatan.
AI menilai, penggunaan senjata tanpa arahan melangar hukum kemanuasiaan internasional. Karena tanpa arahan mereka akan kesulitan untuk membedakan mana penduduk sipil dan sasaran militer.
AI mengimbau negara internasional penjual senjata agar berhenti melakukan penjualan senjata ke negara yang beresiko besar melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Sampai berita ini diturunkan, pihak Amnesti Internasional belum melemparkan tuduhan secara resmi kepada tiga negara ini.
()