Suu Kyi memulai tur luar negeri
A
A
A
Sindonews.com – Ikon demokrasi Myanmar Aung Sau Suu Kyi tiba di Thailand, kemarin, dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak 1988.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu telah menghabiskan 15 tahun dalam 22 tahun terakhir dalam tahanan rumah. Perjalanan ini menjadi sejarah tersendiri bagi Suu Kyi yang kini menjadi anggota parlemen Myanmar. Sebelum keberangkatannya ke Thailand, Suu Kyi bertemu Perdana Menteri (PM) India Manmohan Singh di Myanmar.PM Singh menandatangani perjanjian perdagangan dan diplomatik dengan Presiden Myanmar Thein Sein.
Suu Kyi tiba di Bangkok, sebagai reformis dari negara yang selama puluhan tahun dikuasai junta dan kini berada di tangan pemerintahan sipil. Menurut Sekretaris Jenderal PM Thailand Yingluck Shinawatra, Thawat Boonfeung,Suu Kyi akan menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) untuk Asia Timur di Bangkok, Thailand dan bertemu Yingluck. Suu Kyi akan menjadi pembicara di acara tersebut dalam diskusi panel berjudul ”Wanita Asia Berjalan Ke Depan”.
Trevor Wilson, pengamat dari Australian National University (ANU), berpendapat rencana Suu Kyi melakukan kunjungan ke luar negeri, termasuk tur Eropa pada Juni, akan menjadi tanda perubahan rezim reformis di Myanmar. ”Ini akan menunjukkan bahwa pemerintah Myanmar akan mengizinkannya, tidak hanya untuk bepergian, tetapi juga kembali ke Myanmar dan melanjutkan kegiatan politiknya,” kata Wilson kepada AFP.
Pada masa lalu,Suu Kyi menolak untuk bepergian ke luar negeri karena khawatir rezim Myanmar tidak mengizinkannya kembali ke Myanmar. Menurut aktivis setempat, dalam perjalanannya, Suu Kyi dijadwalkan mengunjungi para pekerjamigranasalMyanmardi Provinsi Samut Sakhon,selatan Bangkok, hari ini. Dia akan mengunjungi keluarga buruh migran Myanmar di pusat komunitas mereka di Mahachai.
Di tempat itu pula,Suu Kyi akan mengunjungi pasar ikan. Tenaga kerja di Thailand sangat bergantung pada pekerja asing yang digaji murah, baik mereka yang masuk secara legal maupun ilegal. Data pemerintah Myanmar menunjukkan, warga negara Myanmar di Thailand mencapai 80% dari total dua juta pekerja asing yang terdaftar di negara itu. Suu Kyi juga dijadwalkan melakukan perjalanan ke wilayah utara Thailand untuk bertemu 100.000 pengungsi asal Myanmar di kamp Mae La.
Para pengungsi yang merupakan etnis Karet dan kelompok etnis lainnya itu telantar akibat konflik bersenjata di wilayah perbatasan timur Myanmar. Suu Kyi akan berbicara dalam diskusi terbuka bersama pendiri Forum Ekonomi Dunia Klaus Schwad,dan tampil dalam satusesimengenaiperanperempuan Asia pada Jumat (1/6).
Sementara itu, rencana tur Eropa Suu Kyi termasuk jadwal berpidato dalam konferensi Organisasi Buruh Internasional di Jenewa pada 14 Juni mendatang. ”Setelah itu, dia akan berpidato di Oslo pada 16 Juni untuk menerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang diraihnya pada 1991 atas perjuangan damai menegakkan demokrasi di Myanmar, ”papar Komite Nobel. (wbs)
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu telah menghabiskan 15 tahun dalam 22 tahun terakhir dalam tahanan rumah. Perjalanan ini menjadi sejarah tersendiri bagi Suu Kyi yang kini menjadi anggota parlemen Myanmar. Sebelum keberangkatannya ke Thailand, Suu Kyi bertemu Perdana Menteri (PM) India Manmohan Singh di Myanmar.PM Singh menandatangani perjanjian perdagangan dan diplomatik dengan Presiden Myanmar Thein Sein.
Suu Kyi tiba di Bangkok, sebagai reformis dari negara yang selama puluhan tahun dikuasai junta dan kini berada di tangan pemerintahan sipil. Menurut Sekretaris Jenderal PM Thailand Yingluck Shinawatra, Thawat Boonfeung,Suu Kyi akan menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) untuk Asia Timur di Bangkok, Thailand dan bertemu Yingluck. Suu Kyi akan menjadi pembicara di acara tersebut dalam diskusi panel berjudul ”Wanita Asia Berjalan Ke Depan”.
Trevor Wilson, pengamat dari Australian National University (ANU), berpendapat rencana Suu Kyi melakukan kunjungan ke luar negeri, termasuk tur Eropa pada Juni, akan menjadi tanda perubahan rezim reformis di Myanmar. ”Ini akan menunjukkan bahwa pemerintah Myanmar akan mengizinkannya, tidak hanya untuk bepergian, tetapi juga kembali ke Myanmar dan melanjutkan kegiatan politiknya,” kata Wilson kepada AFP.
Pada masa lalu,Suu Kyi menolak untuk bepergian ke luar negeri karena khawatir rezim Myanmar tidak mengizinkannya kembali ke Myanmar. Menurut aktivis setempat, dalam perjalanannya, Suu Kyi dijadwalkan mengunjungi para pekerjamigranasalMyanmardi Provinsi Samut Sakhon,selatan Bangkok, hari ini. Dia akan mengunjungi keluarga buruh migran Myanmar di pusat komunitas mereka di Mahachai.
Di tempat itu pula,Suu Kyi akan mengunjungi pasar ikan. Tenaga kerja di Thailand sangat bergantung pada pekerja asing yang digaji murah, baik mereka yang masuk secara legal maupun ilegal. Data pemerintah Myanmar menunjukkan, warga negara Myanmar di Thailand mencapai 80% dari total dua juta pekerja asing yang terdaftar di negara itu. Suu Kyi juga dijadwalkan melakukan perjalanan ke wilayah utara Thailand untuk bertemu 100.000 pengungsi asal Myanmar di kamp Mae La.
Para pengungsi yang merupakan etnis Karet dan kelompok etnis lainnya itu telantar akibat konflik bersenjata di wilayah perbatasan timur Myanmar. Suu Kyi akan berbicara dalam diskusi terbuka bersama pendiri Forum Ekonomi Dunia Klaus Schwad,dan tampil dalam satusesimengenaiperanperempuan Asia pada Jumat (1/6).
Sementara itu, rencana tur Eropa Suu Kyi termasuk jadwal berpidato dalam konferensi Organisasi Buruh Internasional di Jenewa pada 14 Juni mendatang. ”Setelah itu, dia akan berpidato di Oslo pada 16 Juni untuk menerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang diraihnya pada 1991 atas perjuangan damai menegakkan demokrasi di Myanmar, ”papar Komite Nobel. (wbs)
()