Sanksi Proyek Pipas Gas Rusia-Jerman Bentuk Politik Intimidasi AS
A
A
A
MOSKOW - Dengan menjatuhkan sanksi pada pembangunan pipa Nord Stream 2, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyebut bahwa Amerika Serikat (AS) menunjukkan diplomasi yang ditujukan untuk mengintimidasi lawan. Nord Stream 2 adalah proyek pipa gas Rusia dan Eropa.
Sanksi AS ini menargetkan kapal peletakan pipa untuk Nord Stream 2 dan TurkStream, pipa Rusia-Turki, dan termasuk pembekuan aset serta pencabutan visa AS untuk kontraktor. Salah satu kontraktor utama yang dapat dihantam adalah Allseas yang berbasis di Swiss, yang telah disewa oleh raksasa energi milik negara Rusia Gazprom untuk membangun bagian lepas pantai.
"AS sekali lagi menunjukkan bahwa diplomasi turun terutama ke intimidasi dengan berbagai metode yakni sanksi, ultimatum, dan ancaman," kata Lavrov dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Selasa (24/12/2019).
"Ketika sekutu terdekat dihukum karena memecahkan masalah ekonomi mereka, tugas yang berkaitan dengan keamanan energi, saya pikir tidak ada negara di dunia yang akan meragukan bahwa jika Amerika Serikat menjanjikan sesuatu kepada mereka, mereka akan ditinggalkan kapan saja," katanya.
Lavrov kemudian mengatakan, meski adanya sankti tersebut, Moskow dan Washington telah sukses memulihkan kerjasama konstruktif di berbagai bidang, salah satunya dalam bidang kontraterorisme.
"Kami telah menyatakan bahwa kerja sama normal telah pulih di berbagai bidang, meskipun ada beberapa di antaranya. Kami telah mengadakan dua putaran konsultasi tentang kontraterorisme, yang dimulai sejak lama tetapi ditangguhkan oleh administrasi (mantan Presiden AS) Barack Obama," ujarnya.
"Telah ada kontak antara utusan khusus di Afghanistan dalam format trilateral yang melibatkan China dan kadang-kadang Pakistan, yang akan terus berlanjut. Kami telah melakukan kontak di Suriah antara misi militer dan diplomatik kami," tukasnya.
Sanksi AS ini menargetkan kapal peletakan pipa untuk Nord Stream 2 dan TurkStream, pipa Rusia-Turki, dan termasuk pembekuan aset serta pencabutan visa AS untuk kontraktor. Salah satu kontraktor utama yang dapat dihantam adalah Allseas yang berbasis di Swiss, yang telah disewa oleh raksasa energi milik negara Rusia Gazprom untuk membangun bagian lepas pantai.
"AS sekali lagi menunjukkan bahwa diplomasi turun terutama ke intimidasi dengan berbagai metode yakni sanksi, ultimatum, dan ancaman," kata Lavrov dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Selasa (24/12/2019).
"Ketika sekutu terdekat dihukum karena memecahkan masalah ekonomi mereka, tugas yang berkaitan dengan keamanan energi, saya pikir tidak ada negara di dunia yang akan meragukan bahwa jika Amerika Serikat menjanjikan sesuatu kepada mereka, mereka akan ditinggalkan kapan saja," katanya.
Lavrov kemudian mengatakan, meski adanya sankti tersebut, Moskow dan Washington telah sukses memulihkan kerjasama konstruktif di berbagai bidang, salah satunya dalam bidang kontraterorisme.
"Kami telah menyatakan bahwa kerja sama normal telah pulih di berbagai bidang, meskipun ada beberapa di antaranya. Kami telah mengadakan dua putaran konsultasi tentang kontraterorisme, yang dimulai sejak lama tetapi ditangguhkan oleh administrasi (mantan Presiden AS) Barack Obama," ujarnya.
"Telah ada kontak antara utusan khusus di Afghanistan dalam format trilateral yang melibatkan China dan kadang-kadang Pakistan, yang akan terus berlanjut. Kami telah melakukan kontak di Suriah antara misi militer dan diplomatik kami," tukasnya.
(esn)