Iran Kembali Sebut AS Telah Kecanduan Sanksi
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif melemparkan kecaman atas keputusan Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap Iran. AS beberapa waktu lalu menjatuhkan sanksi baru, yang menargetkan Mahan Air dan jaringan pelayaran ESAIL.
Dalam sebuah pernyataan, Zarif menyebut bahwa AS telah kecanduan untuk menjatuhkan sanksi, bukan hanya terhadap Iran, tapi juga terhadap negara lain. Zarif menilai ini sebagai langkah yang sembrono.
"Pendekatan AS terhadap sanksi mengkhianati patologis dan merupakan kecanduan gegabah, suatu kondisi yang tidak membuat batas atau batasan terhadap apa yang mungkin atau tidak boleh dilakukan AS," ucap Zarif.
Zarif, seperti dilansir PressTV pada Senin (23/12/2019), kemudian mengatakan perilaku adiktif ini mempengaruhi teman dan musuh AS, kecuali adanya dorongan yang dilakukan secara kolektif.
Ketegangan telah memuncak antara Iran dan AS sejak Mei 2018, ketika Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir multilateral dengan Iran, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dan melepaskan sanksi terbesar kepada Iran.
Sejak keluar dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran, Trump telah menjalankan kampanye "tekanan maksimum" untuk memaksa Iran menegosiasikan kesepakatan baru yang membahas program rudal balistik dan pengaruh regionalnya.
Dalam sebuah pernyataan, Zarif menyebut bahwa AS telah kecanduan untuk menjatuhkan sanksi, bukan hanya terhadap Iran, tapi juga terhadap negara lain. Zarif menilai ini sebagai langkah yang sembrono.
"Pendekatan AS terhadap sanksi mengkhianati patologis dan merupakan kecanduan gegabah, suatu kondisi yang tidak membuat batas atau batasan terhadap apa yang mungkin atau tidak boleh dilakukan AS," ucap Zarif.
Zarif, seperti dilansir PressTV pada Senin (23/12/2019), kemudian mengatakan perilaku adiktif ini mempengaruhi teman dan musuh AS, kecuali adanya dorongan yang dilakukan secara kolektif.
Ketegangan telah memuncak antara Iran dan AS sejak Mei 2018, ketika Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir multilateral dengan Iran, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dan melepaskan sanksi terbesar kepada Iran.
Sejak keluar dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran, Trump telah menjalankan kampanye "tekanan maksimum" untuk memaksa Iran menegosiasikan kesepakatan baru yang membahas program rudal balistik dan pengaruh regionalnya.
(esn)