Penjaga Hutan Amazon Ditembak Mati di Wajah oleh Penebang Liar
A
A
A
BRASILIA - Seorang penjaga hutan Amazon di Brazil ditembak mati di bagian wajahnya oleh penebang liar. Rekan korban juga terluka ketika mereka disergap.
Korban yang ditembak mati itu adalah Paulo Paulino Guajajara, seorang pemimpin kelompok pribumi yang berusaha melindungi cagar alam dan adat Arariboia di negara bagian Maranhao.
Menurut para pemimpin suku Guajajara, korban ditembak di wajahnya ketika dalam perjalanan berburu pada pekan lalu.
Polisi federal Brazil sedang menyelidiki pembunuhan terhadap Paulino Guajajara. "Untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan ini ke pengadilan," kata Menteri Kehakiman dan Keamanan Publik Brazil, Sergio Moro.
Seorang pemimpin adat setempat mengatakan bahwa penjaga hutan sebelumnya telah menerima ancaman dan mengenakan rompi pelindung saat berpatroli.
"Kami memberi tahu agen-agen federal tentang ancaman itu, tetapi mereka tidak melakukan tindakan apa pun," kata Sonia Guajajara, pemimpin organisasi pan-pribumi Brasil, APIB, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (4/11/2019).
FUNAI, agen negara yang mewakili kepentingan masyarakat adat, mengatakan seorang penebang kayu juga tewas dalam serangan pada Jumat malam di wilayah timur laut negara bagian Maranho.
Pembunuhan itu terjadi di tengah peningkatan invasi reservasi oleh penebang liar dan penambang sejak Presiden kubu sayap kanan Jair Bolsonaro berkuasa tahun ini. Presien Bolsonaro telah berjanji untuk membuka lahan adat yang dilindungi demi pembangunan ekonomi.
"Pemerintah Bolsonaro memiliki darah di tangannya," kritik APIB, yang mewakili sekitar 900.000 penduduk asli negara itu, dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
"Meningkatnya kekerasan di wilayah adat adalah akibat langsung dari pidato kebenciannya dan langkah-langkah yang diambil terhadap rakyat kami," lanjut APIB.
Sonia Guajajara mengatakan pemerintah membongkar lembaga lingkungan dan adat, dan meninggalkan suku-suku untuk membela diri dari invasi tanah mereka.
"Sudah waktunya untuk mengatakan cukup genosida yang dilembagakan ini," katanya dalam sebuah posting di Twitter.
Guajajara, salah satu kelompok masyarakat adat terbesar di Brazil dengan sekitar 20.000 orang, membentuk Penjaga Hutan pada tahun 2012 untuk berpatroli di daerah reservasi yang luas.
Daerah itu sangat luas sehingga suku kecil dan terancam punah, Awa Guaja, tinggal jauh di dalam hutan tanpa kontak dengan dunia luar.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters pada bulan September, Paulino Guajajara mengatakan bahwa melindungi hutan dari para penyusup telah menjadi tugas yang berbahaya, tetapi rakyatnya tidak bisa menyerah pada rasa takut.
"Saya kadang-kadang takut, tetapi kita harus mengangkat kepala dan bertindak. Kita di sini bertarung," katanya pada waktu itu.
"Kami melindungi tanah kami dan kehidupan di atasnya, hewan, burung, bahkan Awa yang ada di sini juga," imbuh Paulino Guajajara, yang berusia 20-an tahun dan meninggalkan satu anak.
"Ada begitu banyak kerusakan alam yang terjadi, pohon-pohon baik dengan kayu sekeras baja ditebang dan diambil. Kita harus menjaga kehidupan ini demi masa depan anak-anak kita."
Korban yang ditembak mati itu adalah Paulo Paulino Guajajara, seorang pemimpin kelompok pribumi yang berusaha melindungi cagar alam dan adat Arariboia di negara bagian Maranhao.
Menurut para pemimpin suku Guajajara, korban ditembak di wajahnya ketika dalam perjalanan berburu pada pekan lalu.
Polisi federal Brazil sedang menyelidiki pembunuhan terhadap Paulino Guajajara. "Untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan ini ke pengadilan," kata Menteri Kehakiman dan Keamanan Publik Brazil, Sergio Moro.
Seorang pemimpin adat setempat mengatakan bahwa penjaga hutan sebelumnya telah menerima ancaman dan mengenakan rompi pelindung saat berpatroli.
"Kami memberi tahu agen-agen federal tentang ancaman itu, tetapi mereka tidak melakukan tindakan apa pun," kata Sonia Guajajara, pemimpin organisasi pan-pribumi Brasil, APIB, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (4/11/2019).
FUNAI, agen negara yang mewakili kepentingan masyarakat adat, mengatakan seorang penebang kayu juga tewas dalam serangan pada Jumat malam di wilayah timur laut negara bagian Maranho.
Pembunuhan itu terjadi di tengah peningkatan invasi reservasi oleh penebang liar dan penambang sejak Presiden kubu sayap kanan Jair Bolsonaro berkuasa tahun ini. Presien Bolsonaro telah berjanji untuk membuka lahan adat yang dilindungi demi pembangunan ekonomi.
"Pemerintah Bolsonaro memiliki darah di tangannya," kritik APIB, yang mewakili sekitar 900.000 penduduk asli negara itu, dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
"Meningkatnya kekerasan di wilayah adat adalah akibat langsung dari pidato kebenciannya dan langkah-langkah yang diambil terhadap rakyat kami," lanjut APIB.
Sonia Guajajara mengatakan pemerintah membongkar lembaga lingkungan dan adat, dan meninggalkan suku-suku untuk membela diri dari invasi tanah mereka.
"Sudah waktunya untuk mengatakan cukup genosida yang dilembagakan ini," katanya dalam sebuah posting di Twitter.
Guajajara, salah satu kelompok masyarakat adat terbesar di Brazil dengan sekitar 20.000 orang, membentuk Penjaga Hutan pada tahun 2012 untuk berpatroli di daerah reservasi yang luas.
Daerah itu sangat luas sehingga suku kecil dan terancam punah, Awa Guaja, tinggal jauh di dalam hutan tanpa kontak dengan dunia luar.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters pada bulan September, Paulino Guajajara mengatakan bahwa melindungi hutan dari para penyusup telah menjadi tugas yang berbahaya, tetapi rakyatnya tidak bisa menyerah pada rasa takut.
"Saya kadang-kadang takut, tetapi kita harus mengangkat kepala dan bertindak. Kita di sini bertarung," katanya pada waktu itu.
"Kami melindungi tanah kami dan kehidupan di atasnya, hewan, burung, bahkan Awa yang ada di sini juga," imbuh Paulino Guajajara, yang berusia 20-an tahun dan meninggalkan satu anak.
"Ada begitu banyak kerusakan alam yang terjadi, pohon-pohon baik dengan kayu sekeras baja ditebang dan diambil. Kita harus menjaga kehidupan ini demi masa depan anak-anak kita."
(mas)