Boris Johnson Tetap Rendah Hati, Dukungan Mulai Mengalir
A
A
A
LONDON - Boris Johnson kini sudah mulai mendapatkan dukungan sebagai Perdana Menteri (PM) Inggris mendatang menggantikan Theresa May yang akan mengundurkan diri. Johnson tetap berjanji akan mengantarkan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (UE) pada akhir Oktober mendatang, meskipun tanpa ada kesepakatan.
Meski mendatangkan dukungan dari kandidat PM lainnya, mantan wali kota dan menteri luar negeri Johnson tetap rendah hati. Dia tetap menyakini dirinya tetap akan mendapatkan dukungan publik Inggris untuk memimpin Partai Konservatif.
Publikasi gratis yang terbatas sebenarnya merugikan Johnson dalam beberapa tahun terakhir. Namanya pun hilang dari media Inggris. Tetapi, konsistensinya dalam perjuangan Brexit (Britain Exit) menjadikan Johnson tetap mendapatkan hati di sebagian publik Inggris. Apalagi, dia juga mendapatkan dukungan besar pada pemungutan suara putaran pertama. Tim Johnson pun yakin dukungan terhadapnya akan semakin besar pada pemungutan suara tahap kedua.
Kenapa Johnson bisa menjadi PM Inggris menggantikan May? Dalam pandangan jurnalis senior CNN, Luke McGee, Johnson lebih populer dibandingkan May di kalangan konservatif. Kebanyakan pendukung Konservatif sangat percaya dengan politikus Konservatif garis keras seperti Johnson.
“Sumber diplomatik Eropa menyatakan sebagian 27 anggota UE mendukung pandangan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk hasil tanpa kesepakatan,” ujar McGee. Itu merupakan hal yang tidak diperjuangkan. “UE ingin permasalahan Brexit berakhir, tetapi tidak ingin melepaskan Irlandia,” katanya.
Johnson tetap berkomitmen agar Inggris meninggalkan UE sesuai tenggat waktu dan tidak meminta perpanjangan. Meskipun, dia mengatakan Brexit tanpa kesepakatan bukan hal yang diinginkan. Tetapi, dia tidak khawatir jika Inggris keluar UE tanpa kesepakatan.
Selama ini, Johnson juga mendapatkan dukungan utama dari pendukung Brexit. Dia dipercaya bisa memecah kebuntuan di parlemen. Ketika tidak ada kesepakatan di parlemen dan UE, dia pun akan memutuskan akan keluar dari UE tanpa kesepakatan.
Namun demikian, perlawanan terhadap Johnson tetap ada. Banyak kandidat PM yang menjadi pesaingnya tetap mempertanyakan janjinya agar Inggris keluar dari UE pada 31 Oktober sebagai hal yang tidak masuk akal. Itu justru akan menyebabkan Inggris bercerai dari UE tanpa kesepakatan.
“Perbedaan antara saya dan Boris adalah saya mencoba untuk mencapai kesepakatan,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt, yang berada pada posisi kedua pada perebutan kursi PM. (Andika Hendra M)
Meski mendatangkan dukungan dari kandidat PM lainnya, mantan wali kota dan menteri luar negeri Johnson tetap rendah hati. Dia tetap menyakini dirinya tetap akan mendapatkan dukungan publik Inggris untuk memimpin Partai Konservatif.
Publikasi gratis yang terbatas sebenarnya merugikan Johnson dalam beberapa tahun terakhir. Namanya pun hilang dari media Inggris. Tetapi, konsistensinya dalam perjuangan Brexit (Britain Exit) menjadikan Johnson tetap mendapatkan hati di sebagian publik Inggris. Apalagi, dia juga mendapatkan dukungan besar pada pemungutan suara putaran pertama. Tim Johnson pun yakin dukungan terhadapnya akan semakin besar pada pemungutan suara tahap kedua.
Kenapa Johnson bisa menjadi PM Inggris menggantikan May? Dalam pandangan jurnalis senior CNN, Luke McGee, Johnson lebih populer dibandingkan May di kalangan konservatif. Kebanyakan pendukung Konservatif sangat percaya dengan politikus Konservatif garis keras seperti Johnson.
“Sumber diplomatik Eropa menyatakan sebagian 27 anggota UE mendukung pandangan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk hasil tanpa kesepakatan,” ujar McGee. Itu merupakan hal yang tidak diperjuangkan. “UE ingin permasalahan Brexit berakhir, tetapi tidak ingin melepaskan Irlandia,” katanya.
Johnson tetap berkomitmen agar Inggris meninggalkan UE sesuai tenggat waktu dan tidak meminta perpanjangan. Meskipun, dia mengatakan Brexit tanpa kesepakatan bukan hal yang diinginkan. Tetapi, dia tidak khawatir jika Inggris keluar UE tanpa kesepakatan.
Selama ini, Johnson juga mendapatkan dukungan utama dari pendukung Brexit. Dia dipercaya bisa memecah kebuntuan di parlemen. Ketika tidak ada kesepakatan di parlemen dan UE, dia pun akan memutuskan akan keluar dari UE tanpa kesepakatan.
Namun demikian, perlawanan terhadap Johnson tetap ada. Banyak kandidat PM yang menjadi pesaingnya tetap mempertanyakan janjinya agar Inggris keluar dari UE pada 31 Oktober sebagai hal yang tidak masuk akal. Itu justru akan menyebabkan Inggris bercerai dari UE tanpa kesepakatan.
“Perbedaan antara saya dan Boris adalah saya mencoba untuk mencapai kesepakatan,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt, yang berada pada posisi kedua pada perebutan kursi PM. (Andika Hendra M)
(nfl)