Kelompok Buddha Garis Keras Diduga Dalangi Serangan Anti-Muslim

Kamis, 16 Mei 2019 - 08:23 WIB
Kelompok Buddha Garis...
Kelompok Buddha Garis Keras Diduga Dalangi Serangan Anti-Muslim
A A A
KOLOMBO - Pihak berwenang Sri Lanka menyalahkan kelompok-kelompok Buddha garis keras atas gelombang serangan anti-Muslim yang melanda negara itu pada akhir minggu lalu. Gelombang serangan itu disebut sebagai aksi balasan atas pemboman Minggu Paskah pada bulan lalu.

Dalam kerusuhan anti-Muslim yang dimulai pada hari Minggu, massa bergerak melalui kota-kota di barat laut Sri Lanka. Penduduk mengatakan mereka menggeledah masjid, membakar Al-Quran dan menyerang toko-toko dengan bom bensin.

Pihak berwenang telah menangkap puluhan tersangka perusuh, termasuk tiga orang yang digambarkan sebagai kelompok garis keras Buddha Sinhala yang telah diselidiki untuk tindakan serupa di provinsi Kandy, tahun lalu.

"Ini adalah serangan terorganisir terhadap rumah-rumah bisnis dan bangunan Muslim," kata Menteri Industri Perkebunan Sri Lanka, Navin Dissanayake, dalam konferensi pers pemerintah tentang situasi keamanan.

Ditanya siapa yang mengorganisir serangan, Dissanayake mengatakan: "Saya pikir ini diorganisir oleh Amith Weerasinghe, Dan Priyasad, dan Namal Kumara," merujuk pada tiga orang anggota kelompok garis keras Buddha yang ditangkap pada hari Selasa.

Media lokal melaporkan pada hari Rabu bahwa Priyasad telah dibebaskan dengan jaminan pada hari Rabu, sementara Weerasinghe dikembalikan pada 28 Mei. Sedangkab status Kumara tidak jelas, menurut kantor berita Reuters.

Dalam konferensi pers yang sama, Menteri Administrasi Publik Sri Lanka, Ranjith Madduma Bandara mengatakan kelompok di balik serangan itu memiliki tujuan politik.

"Kelompok ini berusaha menodai citra pemerintah dan menunjukkan pemerintah tidak mampu menangani situasi ini," katanya, tanpa menyebut nama organisasi itu seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (16/5/2019).

Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok garis keras Buddha, yang dipimpin oleh Bodu Bala Sena (BBS) atau "Pasukan Kekuatan Buddha" telah memicu permusuhan terhadap Muslim. Mereka mengatakan pengaruh Timur Tengah telah membuat komunitas lebih konservatif dan picik.

Pada hari Rabu pihak berwenang mengatakan negara itu telah kembali kondusif. Tidak ada laporan kekerasan anti-Muslim.

Pada hari yang sama, tentara Sri Lanka mengatakan mereka sedang menyelidiki sebuah video yang diposting di media sosial yang menunjukkan seorang pria mengenakan seragam tentara berjalan beberapa detik sebelum gerombolan anti-Muslim menyerang sebuah bangunan.

Dalam video itu, pria itu berdiri di luar gedung dan kemudian pergi. Beberapa detik kemudian, sekitar dua lusin orang, termasuk pemuda yang mengenakan helm sepeda motor, menabrak dan melemparkan batu ke gedung.

"Perhatian tentara telah tertuju pada sebuah video klip di mana seseorang yang mengenakan seragam mirip dengan tentara sementara sekelompok penyabot kekerasan sedang beraksi di wilayah umum Thunmodara," kata tentara dalam sebuah pernyataan.

Populasi Muslim di Sri Lanka mencapai hampri 10 persen dari 22 juta penduduk, yang sebagian besar beragama Buddha.

Negara pulau yang berada di Samudra Hindia itu hancur selama beberapa dekade oleh perang saudara antara separatis dari minoritas Tamil yang mayoritas Hindu dan pemerintah yang didominasi Buddha Sinhala. Pemerintah menghentikan pemberontakan itu sekitar 10 tahun yang lalu.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0459 seconds (0.1#10.140)