Ribuan Pengunjuk Rasa Turun ke Jalan-jalan Ibu Kota Venezuela
A
A
A
CARACAS - Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Ibu Kota Venezuela, Caracas, Sabtu waktu setempat. Aksi ini dilakukan di tengah pemadaman listrik nasional, membuat negara yang dilanda krisis itu menjadi kacau.
Ibu Kota penuh dengan pasukan keamanan yang loyal kepada Presiden Nicolas Maduro seiring pendukung Juan Guaido, pemimpin Majelis Nasional yang diakui sebagai presiden sementara yang sah oleh lebih dari 50 negara, mengalir ke pusat kota.
Aksi ini adalah sebuah langkah berani yang dilakukan oleh kelompok penentang pemerintah, baik kedekatan lokasi aksi dengan instalasi negara dan terjadi di tengah pemadaman yang hampir seluruhnya telah menjatuhkan komunikasi negara.
Pasukan Pengawal Nasional dan polisi anti huru hara keluar di kota, di beberapa daerah menghalangi jalan para demonstran. Sebanyak delapan truk tentara yang penuh dengan tentara dan sembilan kendaraan lapis baja serta tank berkonvoi mendekati rute aksi protes.
Di Avenida Victoria, tujuan aksi, para pemrotes berhadapan dengan polisi anti huru hara bahkan sebelum unjuk rasa resmi dimulai. Sebelumnya terjadi konfrontasi di mana pasukan keamanan menembakkan gas air mata ke penduduk setempat ketika tentara mencoba menahan mereka yang mendirikan sebuah panggung untuk pidato.
Suasana memanas ketika para pemrotes, yang kemarahannya memuncak akibat pemadaman listrik, berteriak pada polisi anti huru hara dengan perisai mereka terangkat.
"Kamu adalah pembunuh!" Teriak seorang wanita.
"Masih belum ada listrik, orang-orang sekarat, dan kamu akan membayar untuk ini!" imbuhnya seperti dikutip dari The Telegraph, Minggu (10/3/2019).
"Tentara, teman-teman, pertarungan tergantung pada kamu!" Teriak seorang yang lain di kerumunan, mendesak pasukan keamanan untuk datang ke pihak mereka.
Komunikasi di Ibu Kota Caracas dan sebagian besar wilayah negara telah terputus. Listrik telah dipulihkan di beberapa daerah di Ibu Koya dan di tempat lian selama beberapa jam pada Jumat sore, sebelum kembali padam. Jaringan mulai berfungsi lagi sebagian pada Sabtu pagi, tetapi pada tengah hari pemadaman telah dimulai kembali.
Maduro dan menterinya menyebut pemadaman listrik itu akibat sabotase di bendungan pembangkit listrik tenaga air Guri, dengan menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan "perang listrik" melawan Venezuela. Menteri Komunikasi Venezuela, Jorge Rodriguez, bahkan menyalahkan senator Florida Marco Rubio.
Tetapi demonstran pendukung Guaido mengejek klaim tersebut.
"Mereka selalu punya alasan untuk menyalahkan orang lain," ujar Miguel Useche, seorang pensiunan berusia 72 tahun, kepada The Telegraph.
"Mereka telah mengambil segalanya, saya tidak tahu berapa banyak juta dari jutaan yang telah mereka rampas," katanya, menghubungkan pemadaman listrik dengan korupsi dan kurangnya pemeliharaan.
Pemadaman telah membawa kesulitan lebih lanjut ke negara itu di mana banyak yang sudah berjuang untuk bertahan hidup di tengah kekurangan makanan dan obat-obatan.
Selain komunikasi, pompa air telah gagal, makanan membusuk di lemari es, bisnis tutup dan transportasi hampir tidak ada. Pompa bensin dan toko kelontong mulai mengering, dengan antrian besar mengular di beberapa tempat yang masih beroperasi.
Di rumah sakit di seluruh negeri, generator cadangan gagal atau tidak cukup untuk menghidupkan peralatan yang menyelamatkan nyawa. Di sejumlah rumah sakit, staf medis telah membiarkan ventilator bayi prematur atau pasien dalam kondisi kritis. Beberapa kematian telah dilaporkan.
Carmen Yagres, seorang insinyur berusia 38 tahun, mengatakan pemerintah Maduro harus lengser.
"Kami di sini karena orang-orang sekarat," katanya kepada Telegraph. "Sepertinya itu tidak masalah bagi mereka," imbuhnya.
Ia pun meminta AS untuk turun tangan mengakhiri krisis. "Kami membutuhkan bantuan internasional," katanya.
Sementara itu Presiden Maduro, juga, menyerukan para pendukungnya turun ke jalan-jalan di Caracas pada hari Sabtu. Militan garis keras partai PSUV Sosialisnya ternyata, meneriakkan slogan-slogan patriotik untuk membela tanah air melawan agresi imperialis.
Tetapi kerumunan pendukung penuh semangat yang dia miliki di masa lalu tidak terlihat sama sekali.
Ibu Kota penuh dengan pasukan keamanan yang loyal kepada Presiden Nicolas Maduro seiring pendukung Juan Guaido, pemimpin Majelis Nasional yang diakui sebagai presiden sementara yang sah oleh lebih dari 50 negara, mengalir ke pusat kota.
Aksi ini adalah sebuah langkah berani yang dilakukan oleh kelompok penentang pemerintah, baik kedekatan lokasi aksi dengan instalasi negara dan terjadi di tengah pemadaman yang hampir seluruhnya telah menjatuhkan komunikasi negara.
Pasukan Pengawal Nasional dan polisi anti huru hara keluar di kota, di beberapa daerah menghalangi jalan para demonstran. Sebanyak delapan truk tentara yang penuh dengan tentara dan sembilan kendaraan lapis baja serta tank berkonvoi mendekati rute aksi protes.
Di Avenida Victoria, tujuan aksi, para pemrotes berhadapan dengan polisi anti huru hara bahkan sebelum unjuk rasa resmi dimulai. Sebelumnya terjadi konfrontasi di mana pasukan keamanan menembakkan gas air mata ke penduduk setempat ketika tentara mencoba menahan mereka yang mendirikan sebuah panggung untuk pidato.
Suasana memanas ketika para pemrotes, yang kemarahannya memuncak akibat pemadaman listrik, berteriak pada polisi anti huru hara dengan perisai mereka terangkat.
"Kamu adalah pembunuh!" Teriak seorang wanita.
"Masih belum ada listrik, orang-orang sekarat, dan kamu akan membayar untuk ini!" imbuhnya seperti dikutip dari The Telegraph, Minggu (10/3/2019).
"Tentara, teman-teman, pertarungan tergantung pada kamu!" Teriak seorang yang lain di kerumunan, mendesak pasukan keamanan untuk datang ke pihak mereka.
Komunikasi di Ibu Kota Caracas dan sebagian besar wilayah negara telah terputus. Listrik telah dipulihkan di beberapa daerah di Ibu Koya dan di tempat lian selama beberapa jam pada Jumat sore, sebelum kembali padam. Jaringan mulai berfungsi lagi sebagian pada Sabtu pagi, tetapi pada tengah hari pemadaman telah dimulai kembali.
Maduro dan menterinya menyebut pemadaman listrik itu akibat sabotase di bendungan pembangkit listrik tenaga air Guri, dengan menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan "perang listrik" melawan Venezuela. Menteri Komunikasi Venezuela, Jorge Rodriguez, bahkan menyalahkan senator Florida Marco Rubio.
Tetapi demonstran pendukung Guaido mengejek klaim tersebut.
"Mereka selalu punya alasan untuk menyalahkan orang lain," ujar Miguel Useche, seorang pensiunan berusia 72 tahun, kepada The Telegraph.
"Mereka telah mengambil segalanya, saya tidak tahu berapa banyak juta dari jutaan yang telah mereka rampas," katanya, menghubungkan pemadaman listrik dengan korupsi dan kurangnya pemeliharaan.
Pemadaman telah membawa kesulitan lebih lanjut ke negara itu di mana banyak yang sudah berjuang untuk bertahan hidup di tengah kekurangan makanan dan obat-obatan.
Selain komunikasi, pompa air telah gagal, makanan membusuk di lemari es, bisnis tutup dan transportasi hampir tidak ada. Pompa bensin dan toko kelontong mulai mengering, dengan antrian besar mengular di beberapa tempat yang masih beroperasi.
Di rumah sakit di seluruh negeri, generator cadangan gagal atau tidak cukup untuk menghidupkan peralatan yang menyelamatkan nyawa. Di sejumlah rumah sakit, staf medis telah membiarkan ventilator bayi prematur atau pasien dalam kondisi kritis. Beberapa kematian telah dilaporkan.
Carmen Yagres, seorang insinyur berusia 38 tahun, mengatakan pemerintah Maduro harus lengser.
"Kami di sini karena orang-orang sekarat," katanya kepada Telegraph. "Sepertinya itu tidak masalah bagi mereka," imbuhnya.
Ia pun meminta AS untuk turun tangan mengakhiri krisis. "Kami membutuhkan bantuan internasional," katanya.
Sementara itu Presiden Maduro, juga, menyerukan para pendukungnya turun ke jalan-jalan di Caracas pada hari Sabtu. Militan garis keras partai PSUV Sosialisnya ternyata, meneriakkan slogan-slogan patriotik untuk membela tanah air melawan agresi imperialis.
Tetapi kerumunan pendukung penuh semangat yang dia miliki di masa lalu tidak terlihat sama sekali.
(ian)