Pakistan Sebut Perang dengan India seperti Bunuh Diri Bersama

Jum'at, 01 Maret 2019 - 14:55 WIB
Pakistan Sebut Perang dengan India seperti Bunuh Diri Bersama
Pakistan Sebut Perang dengan India seperti Bunuh Diri Bersama
A A A
ISLAMABAD - Pemerintah Pakistan menghindari perang dengan India dengan alasan tidak ada yang diuntungkan dari konflik kedua negara bersenjata nuklir tersebut. Islamabad menyebut perang dengan New Delhi seperti halnya bunuh diri bersama.

Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi telah menyuarakan harapan bahwa konflik militer skala penuh antara Islamabad dan New Delhi tidak akan terjadi.

"Saya harap tidak. Itu akan menjadi bunuh diri bersama," katanya kepada CNN, Jumat (1/3/2019), ketika ditanya apakah ketegangan yang meningkat baru-baru ini dapat menyebabkan konflik militer jika tidak diredam.

"Kebijakan pemerintah ini adalah bahwa kami tidak akan membiarkan tanah kami digunakan oleh organisasi atau individu mana pun untuk terorisme terhadap siapa pun, dan itu termasuk India," kata Qureshi, mengomentari keprihatinan India atas kelompok radikal Jaish-e-Mohammed yang berbasis di Pakistan.

Dia ingat bahwa tak lama setelah menjadi Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan menggarisbawahi respons tegas Islamabad jika terjadi konflik dengan New Delhi."Jika India mengambil langkah ke arah kita, kita akan melakukan dua (langkah seperti itu)," katanya mengutip pernyataan PM Khan.

Qureshi juga mengonfirmasi bahwa Masood Azhar, pendiri dan pemimpin Jaish-e-Mohammad (JeM), saat ini ada di Pakistan.

"Dia berada di Pakistan, menurut informasi yang saya (terima), dia sangat tidak sehat. Dia tidak sehat sampai-sampai dia tidak bisa meninggalkan rumahnya, karena dia benar-benar tidak sehat," kata Qureshi.

Ketika ditanya mengapa Pakistan belum menangkap pemimpin radikal, yang ada dalam daftar teror di India, Qureshi mendesak New Delhi untuk memberikan "bukti kuat" tentang keterlibatannya dalam serangan teror.

Mengomentari kesediaan Rusia untuk menengahi ketegangan antara India dan Pakistan, Qureshi mengatakan bahwa Islamabad siap menerima tawaran semacam itu.

“(Menteri Luar Negeri Rusia Sergei) Lavrov telah menawarkan untuk menengahi. Saya tidak tahu tentang India, tetapi saya ingin mengatakan ini kepada Rusia, bahwa Pakistan siap datang ke meja dan mengurangi ketegangan," ujar Qureshi.

Sebelumnya, Angkatan Udara India (IAF) mengklaim bahwa mereka telah kehilangan pesawat tempur MiG-21. Namun, IAF juga menyatakan bahwa jet tempur F-16 Pakistan juga jatuh ketika kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran udara atau dogfight, hanya sehari setelah IAF melakukan serangan udara terhadap sebuah kamp teroris Jaish-e-Mohammed yang terletak wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.

Sementara itu, Times of India melaporkan bahwa Pakistan tetap menolak tudingan penggunaan jet tempur F-16 saat melawan IAF selama dogfight pada hari Rabu.

Surat kabar itu mengingatkan bahwa undang-undang Amerika Serikat melarang penggunaan jet-jet tempurnya untuk "peran ofensif" terhadap negara lain.

Pada hari Rabu, IAF mengklaim bahwa mereka telah kehilangan seorang pejuang MiG-21 tetapi bahwa jet Pakistan F-16 juga telah jatuh ketika kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran udara sebelumnya hari itu.

Ketegangan antara kedua pihak meningkat sejak pada 14 Februari 2019, yakni ketika lebih dari 40 polisi paramiliter India tewas akibat serangan bom bunuh diri, di mana pelaku mengemudikan mobil yang membawa lebih dari 100 pon bahan peledak meledak di samping konvoi keamanan India di Kashmir.

India menyebut pemimpin Jasih-e-Mohammed Maulana Masood Azhar sebagai orang yang bertanggung jawab untuk memerintahkan serangan bom tersebut. New Delhi juga menuduh Pakistan memiliki "tangan langsung" dalam pemboman itu. Islamabad telah menolak tuduhan itu dan menyalahkan New Delhi atas pelanggaran HAM di Kashmir.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4142 seconds (0.1#10.140)