Serangan Udara Tewaskan Dalang Serangan Pangkalan Militer Afghanistan
A
A
A
KABUL - Badan intelijen Afghanistan mengatakan bahwa dalam serangan berdarah di pangkalan militer beberapa hari lalu tewas dalam serangan udara. Namun penduduk dan pejabat di daerah itu mengatakan serangan udara itu sebenarnya menargetkan kelompok pemburu di puncak bukit.
Dalam serangan pada hari Senin, Taliban menggunakan Humvee lapis baja yang direbutnya dari pasukan Afghanistan, mengemasnya dengan bahan peledak dan membawanya ke pangkalan intelijen Afghanistan untuk diledakkan. Setidaknya 40 personel intelijen tewas dan 60 lainnya terluka.
Badan intelijen Aghanistan, Direktorat Keamanan Nasional, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukannya telah melacak dalang serangan itu, seorang pria yang mereka identifikasi sebagai Komandan Noman. Badan itu mengatakan telah menargetkan dia dan tujuh lainnya yang digambarkan sebagai teroris pada hari Selasa dengan serangan udara di Maidan Shahr, di pusat Provinsi Wardak.
"Dia menjadi sasaran di ibukota provinsi," pernyataan itu menambahkan seperti dikutip dari New York Times, Kamis (24/1/2019).
Badan itu tidak mengatakan siapa yang melakukan serangan tersebut, meskipun pasukan Afghanistan sering mengandalkan militer Amerika untuk melakukan serangan udara. Seorang juru bicara militer Amerika di Afghanistan mengatakan bahwa pasukan Amerika Serikat telah melakukan serangan di Wardak, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Tetapi klaim pemerintah segera menjadi kontradiksi.
Sharifullah Hotak, seorang anggota dewan provinsi Wardak, mengatakan telah terjadi serangan di provinsi itu pada hari Selasa tetapi korbannya adalah semua warga sipil dan Komandan Noman tidak ada di antara mereka.
"Enam warga sipil tewas dan satu lagi cedera dalam serangan udara drone," kata Hotak.
"Aku bisa menunjukkan mayat-mayat orang yang terbunuh, lihat apakah kamu bisa menemukan Komandan Noman di antara mereka," imbuhnya.
Menurut Akhtar Mohammad Khan Tahiri, kepala dewan provinsi, ada tradisi berburu di pegunungan selama musim dingin di Wardak, dan orang-orang inilah yang menjadi sasaran.
"Orang-orang ini semua warga sipil dan mereka ada di sana untuk berburu," katanya. "Situasinya lebih buruk di provinsi itu - baik Taliban dan pemerintah membunuh warga sipil," sambungnya.
Daftar korban tewas yang diberikan oleh pejabat yang berbeda di Wardak termasuk seorang remaja, Bashir Ahmadi, yang dibunuh bersama dengan ayahnya, Qasim.
"Dia adalah orang sederhana yang ingin membawa makanan untuk kelima anaknya," kata Adil Ahmadi, sepupu Qasim. "Mereka ada di sana untuk berburu kelinci karena ini musim dingin dan tidak ada yang bisa dilakukan," jelasnya.
Adil Ahmadi, yang mengatakan dia berada di lembah di bawah gunung ketika serangan terjadi, mendaki gunung setelah serangan itu untuk menemukan mayat-mayat "hancur." Dia mengatakan Bashir adalah anak tertua dari lima anak Qasim, dan yang termuda dari yang tersisa adalah 6 tahun.
Selain perselisihan tentang siapa yang terbunuh, laporan itu juga tidak memiliki kesamaan terkait waktu penyerangan, meskipun orang-orang di wilayah itu sepakat bahwa hanya satu serangan yang terjadi pada hari Selasa. Badan intelijen Afghanistan mengatakan serangan itu dilakukan pada malam hari, militer Amerika mengatakan serangan terjadi pada sore hari, dan pejabat setempat mengatakan itu terjadi sebelum tengah hari.
Serangan hari Senin di pangkalan intelijen di Provinsi Wardak adalah salah satu yang paling mematikan terhadap dinas intelijen Afghanistan dalam perang selama 17 tahun dengan Taliban.
Dalam serangan pada hari Senin, Taliban menggunakan Humvee lapis baja yang direbutnya dari pasukan Afghanistan, mengemasnya dengan bahan peledak dan membawanya ke pangkalan intelijen Afghanistan untuk diledakkan. Setidaknya 40 personel intelijen tewas dan 60 lainnya terluka.
Badan intelijen Aghanistan, Direktorat Keamanan Nasional, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukannya telah melacak dalang serangan itu, seorang pria yang mereka identifikasi sebagai Komandan Noman. Badan itu mengatakan telah menargetkan dia dan tujuh lainnya yang digambarkan sebagai teroris pada hari Selasa dengan serangan udara di Maidan Shahr, di pusat Provinsi Wardak.
"Dia menjadi sasaran di ibukota provinsi," pernyataan itu menambahkan seperti dikutip dari New York Times, Kamis (24/1/2019).
Badan itu tidak mengatakan siapa yang melakukan serangan tersebut, meskipun pasukan Afghanistan sering mengandalkan militer Amerika untuk melakukan serangan udara. Seorang juru bicara militer Amerika di Afghanistan mengatakan bahwa pasukan Amerika Serikat telah melakukan serangan di Wardak, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Tetapi klaim pemerintah segera menjadi kontradiksi.
Sharifullah Hotak, seorang anggota dewan provinsi Wardak, mengatakan telah terjadi serangan di provinsi itu pada hari Selasa tetapi korbannya adalah semua warga sipil dan Komandan Noman tidak ada di antara mereka.
"Enam warga sipil tewas dan satu lagi cedera dalam serangan udara drone," kata Hotak.
"Aku bisa menunjukkan mayat-mayat orang yang terbunuh, lihat apakah kamu bisa menemukan Komandan Noman di antara mereka," imbuhnya.
Menurut Akhtar Mohammad Khan Tahiri, kepala dewan provinsi, ada tradisi berburu di pegunungan selama musim dingin di Wardak, dan orang-orang inilah yang menjadi sasaran.
"Orang-orang ini semua warga sipil dan mereka ada di sana untuk berburu," katanya. "Situasinya lebih buruk di provinsi itu - baik Taliban dan pemerintah membunuh warga sipil," sambungnya.
Daftar korban tewas yang diberikan oleh pejabat yang berbeda di Wardak termasuk seorang remaja, Bashir Ahmadi, yang dibunuh bersama dengan ayahnya, Qasim.
"Dia adalah orang sederhana yang ingin membawa makanan untuk kelima anaknya," kata Adil Ahmadi, sepupu Qasim. "Mereka ada di sana untuk berburu kelinci karena ini musim dingin dan tidak ada yang bisa dilakukan," jelasnya.
Adil Ahmadi, yang mengatakan dia berada di lembah di bawah gunung ketika serangan terjadi, mendaki gunung setelah serangan itu untuk menemukan mayat-mayat "hancur." Dia mengatakan Bashir adalah anak tertua dari lima anak Qasim, dan yang termuda dari yang tersisa adalah 6 tahun.
Selain perselisihan tentang siapa yang terbunuh, laporan itu juga tidak memiliki kesamaan terkait waktu penyerangan, meskipun orang-orang di wilayah itu sepakat bahwa hanya satu serangan yang terjadi pada hari Selasa. Badan intelijen Afghanistan mengatakan serangan itu dilakukan pada malam hari, militer Amerika mengatakan serangan terjadi pada sore hari, dan pejabat setempat mengatakan itu terjadi sebelum tengah hari.
Serangan hari Senin di pangkalan intelijen di Provinsi Wardak adalah salah satu yang paling mematikan terhadap dinas intelijen Afghanistan dalam perang selama 17 tahun dengan Taliban.
(ian)