Israel Berencana Kembali Buka Perbatasan dengan Suriah
A
A
A
TEL AVIV - Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman menuturkan, Tel Aviv siap membuka pos pemeriksaan Quneitra, yang merupakan satu-satunya titik perbatasan resmi antara Israel dan Suriah.
Lieberman mengatakan, Israel bersedia untuk melanjutkan aktivitas normal di titik penyeberangan dan bola kini berada di tangan Suriah. Namun, Lieberman menyebutkan bahwa titik persimpangan akan dibuka untuk personel PBB dan akan kembali beroperasi seperti sebelum perang.
"Kami melihat polisi dan petugas bea cukai Suriah di seberang perbatasan, pekerjaan sedang berlangsung, patroli polisi militer Rusia sedang lewat. Kami siap untuk menghidupkan kembali kehidupan normal," kata Lieberman, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (27/9).
Dia kemudian mengatakan bahwa Israel tetap berdedikasi pada kebijakan non-intervensi di Suriah. Orang dekat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu itu menambahkan bahwa pembukaan kembali hanya berarti bahwa pertimbangan keamanan sekarang akan memungkinkan penyeberangan berfungsi.
Pada bulan Mei 1974, Israel dan Suriah menandatangani perjanjian pelepasan setelah konflik militer, yang terutama terjadi di Sinai dan Golan. Berdasarkan perjanjian tersebut, Quneitra kembali di bawah kendali pemerintah Suriah.
Pada tahun 2011, kerusuhan sipil dimulai di Suriah, yang mengarah ke konflik bersenjata dengan gerilyawan yang menguasai beberapa wilayah, termasuk Quneitra. Pasukan Suriah berhasil merebut kembali wilayah Quneitra dua bulan lalu.
Lieberman mengatakan, Israel bersedia untuk melanjutkan aktivitas normal di titik penyeberangan dan bola kini berada di tangan Suriah. Namun, Lieberman menyebutkan bahwa titik persimpangan akan dibuka untuk personel PBB dan akan kembali beroperasi seperti sebelum perang.
"Kami melihat polisi dan petugas bea cukai Suriah di seberang perbatasan, pekerjaan sedang berlangsung, patroli polisi militer Rusia sedang lewat. Kami siap untuk menghidupkan kembali kehidupan normal," kata Lieberman, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (27/9).
Dia kemudian mengatakan bahwa Israel tetap berdedikasi pada kebijakan non-intervensi di Suriah. Orang dekat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu itu menambahkan bahwa pembukaan kembali hanya berarti bahwa pertimbangan keamanan sekarang akan memungkinkan penyeberangan berfungsi.
Pada bulan Mei 1974, Israel dan Suriah menandatangani perjanjian pelepasan setelah konflik militer, yang terutama terjadi di Sinai dan Golan. Berdasarkan perjanjian tersebut, Quneitra kembali di bawah kendali pemerintah Suriah.
Pada tahun 2011, kerusuhan sipil dimulai di Suriah, yang mengarah ke konflik bersenjata dengan gerilyawan yang menguasai beberapa wilayah, termasuk Quneitra. Pasukan Suriah berhasil merebut kembali wilayah Quneitra dua bulan lalu.
(esn)