Ribuan Petani India Berunjuk Rasa
A
A
A
NEW DELH - Ribuan petani dan buruh melumpuhkan ibu kota India, New Delhi, kemarin saat unjuk rasa menentang kebijakan yang tidak prorakyat oleh pemerintahan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi.
Unjuk rasa ini terjadi saat partai-partai oposisi meningkatkan tekanan menjelang pemilu. Merosotnya harga komoditas, gaji yang tidak naik, dan harga bahan bakar minyak (BBM) yang semakin mahal telah menurunkan popularitas Modi di wilayah perdesaan.
Suara dari wilayah perdesaan yang mencakup dua pertiga dari total populasi India 1,3 miliar jiwa sangat penting bagi Modi agar dapat menang periode kedua pada pemilu tahun depan.
Jalanan di sebagian besar pusat Delhi terhenti saat demonstran berpawai menuju Jalan Parlemen di jantung ibu kota. Beberapa demonstran memakai topi merah dan melambaikan bendera merah.
Mereka duduk di pinggir jalan saat mobil-mobil bergerak lambat. “Petani di negara ini sangat marah dengan pemerintahan Modi,” kata Karan Singh, 58, petani padi dari negara bagian Haryana. Karan Singh berunjuk rasa sambil mengenakan pakaian putih tradisional India.
“Kami mengalami kerugian dan pemerintah tidak melakukan apa pun terkait itu,” ujar dia, dikutip kantor berita Reuters. Dukungan warga perdesaan pada Modi terus berkurang karena kegagalan dia melaksanakan janji-janji kampanye untuk menciptakan puluhan juta lapangan kerja bagi para pemuda.
Janji itu membantu Modi medapat dukungan pemilih pada Pemilu 2014. Janji Modi yang tak terwujud itu menjadi alat utama oposisi untuk mengkritik pemerintah, menjelang tiga pemilu negara bagian yang digelar tahun ini.
“Pawai bersejarah ini menuntut gaji lebih baik, lebih banyak lapangan kerja, harga lebih baik untuk produk petani, diakhirinya privatisasi, menghentikan perubahan undang-undang tenaga kerja, menandai era baru perjuangan rakyat pekerja,” ungkap Partai Komunis India yang berhaluan Marxist yang memimpin unjuk rasa dekat parlemen.
“Hanya aliansi kelas pekerja dan petani India yang dapat membantu mengalahkan serangan fasistik ini,” kata seorang pemimpin partai oposisi itu, Surjya Kanta Mishra.
Partai Kongres menyatakan mendukung unjuk rasa para petani itu. Partai Kongres pernah berkuasa di India sejak kemerdekaan dan kekuasaannya direbut Partai Bharatiya Janata yang berhaluan nasionalis Hindu pimpinan Modi.
Menteri Pertanian India Radha Mohan Singh menyatakan pemerintah memprioritaskan para petani dan kelas pekerja dalam berbagai inisiatif seperti kredit murah untuk membantu memenuhi target Modi meninggalkan pendapatan mereka hingga dua kali lipat pada 2022.
Pada Juli pemerintah menaikkan harga hasil panen termasuk padi hanya sebesar satu digit selama periode pertama pemerintahan Modi.
Unjuk rasa ini terjadi saat partai-partai oposisi meningkatkan tekanan menjelang pemilu. Merosotnya harga komoditas, gaji yang tidak naik, dan harga bahan bakar minyak (BBM) yang semakin mahal telah menurunkan popularitas Modi di wilayah perdesaan.
Suara dari wilayah perdesaan yang mencakup dua pertiga dari total populasi India 1,3 miliar jiwa sangat penting bagi Modi agar dapat menang periode kedua pada pemilu tahun depan.
Jalanan di sebagian besar pusat Delhi terhenti saat demonstran berpawai menuju Jalan Parlemen di jantung ibu kota. Beberapa demonstran memakai topi merah dan melambaikan bendera merah.
Mereka duduk di pinggir jalan saat mobil-mobil bergerak lambat. “Petani di negara ini sangat marah dengan pemerintahan Modi,” kata Karan Singh, 58, petani padi dari negara bagian Haryana. Karan Singh berunjuk rasa sambil mengenakan pakaian putih tradisional India.
“Kami mengalami kerugian dan pemerintah tidak melakukan apa pun terkait itu,” ujar dia, dikutip kantor berita Reuters. Dukungan warga perdesaan pada Modi terus berkurang karena kegagalan dia melaksanakan janji-janji kampanye untuk menciptakan puluhan juta lapangan kerja bagi para pemuda.
Janji itu membantu Modi medapat dukungan pemilih pada Pemilu 2014. Janji Modi yang tak terwujud itu menjadi alat utama oposisi untuk mengkritik pemerintah, menjelang tiga pemilu negara bagian yang digelar tahun ini.
“Pawai bersejarah ini menuntut gaji lebih baik, lebih banyak lapangan kerja, harga lebih baik untuk produk petani, diakhirinya privatisasi, menghentikan perubahan undang-undang tenaga kerja, menandai era baru perjuangan rakyat pekerja,” ungkap Partai Komunis India yang berhaluan Marxist yang memimpin unjuk rasa dekat parlemen.
“Hanya aliansi kelas pekerja dan petani India yang dapat membantu mengalahkan serangan fasistik ini,” kata seorang pemimpin partai oposisi itu, Surjya Kanta Mishra.
Partai Kongres menyatakan mendukung unjuk rasa para petani itu. Partai Kongres pernah berkuasa di India sejak kemerdekaan dan kekuasaannya direbut Partai Bharatiya Janata yang berhaluan nasionalis Hindu pimpinan Modi.
Menteri Pertanian India Radha Mohan Singh menyatakan pemerintah memprioritaskan para petani dan kelas pekerja dalam berbagai inisiatif seperti kredit murah untuk membantu memenuhi target Modi meninggalkan pendapatan mereka hingga dua kali lipat pada 2022.
Pada Juli pemerintah menaikkan harga hasil panen termasuk padi hanya sebesar satu digit selama periode pertama pemerintahan Modi.
(don)