PM Haiti Mengundurkan Diri di Tengah Aksi Turunkan Harga BBM
A
A
A
PORT AU PRINCE - Perdana Menteri Haiti, Jack Guy Lafontant, mengundurkan diri dari jabatannya. Lafontant menghadapi mosi tidak percaya setelah sebuah langkah untuk menurunkan subsidi bahan bakar memicu aksi protes selama berhari-hari di negara Karibia yang miskin itu.
Dalam pidatonya di Majelis Rendah Haiti yang disiarkan langsung di televisi, Lafontant mempertahankan jabatannya tetapi mengatakan bahwa Presiden Haiti Jovenel Moise telah menerima pengunduran dirinya.
"Seperti yang saya katakan, saya melayani Republik," kata Lafontant seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/7/2018).
Awal bulan ini, pemerintah Haiti mengumumkan pengurangan subsidi bahan bakar sebagai bagian dari kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Langkah ini memicu kenaikan harga bensin sebesar 38 persen dan 47 persen untuk solar. Sontak situasi ini memicu aksi protes di mana para demonstran membarikade jalan, menjarah toko dan membakar mobil di Ibu Kota, Port au Prince.
Kerusuhan menyebabkan kedutaan ditutup dan maskapai penerbangan menangguhkan penerbangan ke Haiti selama berhari-hari.
Lafontant mengumumkan pembalikan kebijakan sementara dalam upaya untuk memadamkan demonstrasi, tetapi protes terus berlanjut. Menurut Miami Herald, sebuah mosi tidak percaya terhadap kepemimpinannya telah disiapkan pada hari Sabtu.
IMF mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka mengharapkan Haiti untuk membuat rencana reformasi yang direvisi yang akan mencakup pengurangan subsidi bahan bakar secara bertahap.
Seorang dokter medis dan pemula politik, Lafontant menjadi perdana menteri pada Maret 2017 dengan rencana ambisius untuk meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan infrastruktur dan memperluas akses ke air bersih.
Dalam pidatonya di Majelis Rendah Haiti yang disiarkan langsung di televisi, Lafontant mempertahankan jabatannya tetapi mengatakan bahwa Presiden Haiti Jovenel Moise telah menerima pengunduran dirinya.
"Seperti yang saya katakan, saya melayani Republik," kata Lafontant seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/7/2018).
Awal bulan ini, pemerintah Haiti mengumumkan pengurangan subsidi bahan bakar sebagai bagian dari kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Langkah ini memicu kenaikan harga bensin sebesar 38 persen dan 47 persen untuk solar. Sontak situasi ini memicu aksi protes di mana para demonstran membarikade jalan, menjarah toko dan membakar mobil di Ibu Kota, Port au Prince.
Kerusuhan menyebabkan kedutaan ditutup dan maskapai penerbangan menangguhkan penerbangan ke Haiti selama berhari-hari.
Lafontant mengumumkan pembalikan kebijakan sementara dalam upaya untuk memadamkan demonstrasi, tetapi protes terus berlanjut. Menurut Miami Herald, sebuah mosi tidak percaya terhadap kepemimpinannya telah disiapkan pada hari Sabtu.
IMF mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka mengharapkan Haiti untuk membuat rencana reformasi yang direvisi yang akan mencakup pengurangan subsidi bahan bakar secara bertahap.
Seorang dokter medis dan pemula politik, Lafontant menjadi perdana menteri pada Maret 2017 dengan rencana ambisius untuk meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan infrastruktur dan memperluas akses ke air bersih.
(ian)