China Tak Terima Dua Kapal Perang AS Lintasi Selat Taiwan
A
A
A
BEIJING - Pemerintah China tak terima dengan tindakan Amerika Serikat (AS) yang mengirim dua kapal perang dengan melintasi Selat Taiwan. Beijing menganggap Washington telah menggunakan "kartu Taiwan" di tengah ketegangan terkait perang dagang.
Dua kapal perang Washington melintasi Selat Taiwan pada 7-8 Juli. Pakar pertahanan Beijing menyatakan, langkah Washington sudah termasuk provokasi militer.
Liu Jieyi, Kepala Kantor urusan Taiwan Pemerintah China, mengatakan orang-orang Taiwan harus memahami dengan jelas tujuan sebenarnya di balik langkah-langkah AS tersebut. Menurut bekas Duta Besar China untuk PBB itu, AS sudah menggunakan "kartu Taiwan" untuk beberapa waktu dengan tujuan yang jelas.
"Kami kukuh menentang setiap tindakan yang merugikan kepentingan nasional China. Kami tidak akan menerima itu," kata Liu di sela-sela forum tentang hubungan lintas selat di Hangzhou, yang dikutip dari South China Morning Post, Senin (9/7/2018).
"Publik Taiwan harus memahami dengan jelas tujuan sebenarnya di balik gerakan AS ini dan jangan membantu mereka memainkan 'kartu Taiwan'," ujar Liu.Baca Juga: Taipei-Beijing Tegang, Dua Kapal Perang AS Lintasi Selat Taiwan
Sementara itu, Kapten Charlie Brown, juru bicara Armada Pasifik AS, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dua kapal Angkatan Laut AS memang melakukan transit rutin melalui perairan internasional di Selat Taiwan pada 7-8 Juli.
"Kapal Angkatan Laut AS transit antara Laut China Selatan dan Laut China Timur melalui Selat Taiwan dan telah melakukannya selama bertahun-tahun," kata Brown.
Para pejabat AS, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dua kapal perang yang melintasi Selat Taiwan itu adalah kapal perusak USS Mustin dan USS Benfold.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapal-kapal Amerika bergerak ke arah timur laut dan pelayarannya masih sesuai dengan peraturan.
Beijing mengklaim Taiwan sebagai provinsinya yang nakal dan tidak pernah bersedia mengakuinya sebagai negara.
Beijing telah meningkatkan tekanan diplomatik dan militer terhadap Taiwan sejak Presiden Tsai Ing-wen yang pro-kemerdekaan mengambil alih kekuasaan dua tahun lalu. Pemeritahannya menolak mengakui kebijakan "Satu China" yang telah berlaku bertahun-tahun. Kebijakan itu menyatakan, wilayah Taiwan, Makau dan Hong Kong menjadi satu kesatuan dengan China.
Para ahli pertahanan China mengatakan pengiriman dua kapal perang AS melalui Selat Taiwan adalah provokasi serius dan disengaja terhadap Beijing.
"Provokasi militer ini datang karena ketegangan (perang) dagang terus meningkat, yang dapat menunjukkan bahwa AS menggunakan Taiwan sebagai ancaman untuk membuat China mempertimbangkan diri untuk mundur dari masalah perdagangan," kata Song Zhongping, mantan instruktur untuk Korps Artileri Kedua Tentara Pembebasan Rakyat.
Ahli angkatan laut yang berbasis di Beijing, Li Jie, mengatakan bahwa langkah Angkatan Laut AS adalah bagian dari strategi komprehensif terhadap China.
"Jadi kita akan melihat tindakan provokatif mereka tidak hanya dalam perdagangan tetapi juga di bidang lain, seperti keamanan dan budaya," kata Li.
"Mengirim sinyal yang salah ke Tsai Ing-wen, dan beberapa kelompok pro-kemerdekaan di Taiwan, yang mungkin keliru (bila Taiwan) berpikir bahwa mereka memiliki dukungan AS yang kuat," ujarnya.
Dua kapal perang Washington melintasi Selat Taiwan pada 7-8 Juli. Pakar pertahanan Beijing menyatakan, langkah Washington sudah termasuk provokasi militer.
Liu Jieyi, Kepala Kantor urusan Taiwan Pemerintah China, mengatakan orang-orang Taiwan harus memahami dengan jelas tujuan sebenarnya di balik langkah-langkah AS tersebut. Menurut bekas Duta Besar China untuk PBB itu, AS sudah menggunakan "kartu Taiwan" untuk beberapa waktu dengan tujuan yang jelas.
"Kami kukuh menentang setiap tindakan yang merugikan kepentingan nasional China. Kami tidak akan menerima itu," kata Liu di sela-sela forum tentang hubungan lintas selat di Hangzhou, yang dikutip dari South China Morning Post, Senin (9/7/2018).
"Publik Taiwan harus memahami dengan jelas tujuan sebenarnya di balik gerakan AS ini dan jangan membantu mereka memainkan 'kartu Taiwan'," ujar Liu.Baca Juga: Taipei-Beijing Tegang, Dua Kapal Perang AS Lintasi Selat Taiwan
Sementara itu, Kapten Charlie Brown, juru bicara Armada Pasifik AS, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dua kapal Angkatan Laut AS memang melakukan transit rutin melalui perairan internasional di Selat Taiwan pada 7-8 Juli.
"Kapal Angkatan Laut AS transit antara Laut China Selatan dan Laut China Timur melalui Selat Taiwan dan telah melakukannya selama bertahun-tahun," kata Brown.
Para pejabat AS, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dua kapal perang yang melintasi Selat Taiwan itu adalah kapal perusak USS Mustin dan USS Benfold.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapal-kapal Amerika bergerak ke arah timur laut dan pelayarannya masih sesuai dengan peraturan.
Beijing mengklaim Taiwan sebagai provinsinya yang nakal dan tidak pernah bersedia mengakuinya sebagai negara.
Beijing telah meningkatkan tekanan diplomatik dan militer terhadap Taiwan sejak Presiden Tsai Ing-wen yang pro-kemerdekaan mengambil alih kekuasaan dua tahun lalu. Pemeritahannya menolak mengakui kebijakan "Satu China" yang telah berlaku bertahun-tahun. Kebijakan itu menyatakan, wilayah Taiwan, Makau dan Hong Kong menjadi satu kesatuan dengan China.
Para ahli pertahanan China mengatakan pengiriman dua kapal perang AS melalui Selat Taiwan adalah provokasi serius dan disengaja terhadap Beijing.
"Provokasi militer ini datang karena ketegangan (perang) dagang terus meningkat, yang dapat menunjukkan bahwa AS menggunakan Taiwan sebagai ancaman untuk membuat China mempertimbangkan diri untuk mundur dari masalah perdagangan," kata Song Zhongping, mantan instruktur untuk Korps Artileri Kedua Tentara Pembebasan Rakyat.
Ahli angkatan laut yang berbasis di Beijing, Li Jie, mengatakan bahwa langkah Angkatan Laut AS adalah bagian dari strategi komprehensif terhadap China.
"Jadi kita akan melihat tindakan provokatif mereka tidak hanya dalam perdagangan tetapi juga di bidang lain, seperti keamanan dan budaya," kata Li.
"Mengirim sinyal yang salah ke Tsai Ing-wen, dan beberapa kelompok pro-kemerdekaan di Taiwan, yang mungkin keliru (bila Taiwan) berpikir bahwa mereka memiliki dukungan AS yang kuat," ujarnya.
(mas)