Iran Disebut Akan Mundur dari Kesepakatan Nuklir
A
A
A
TEHERAN -
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi menyatakan saat ini kesepakatan nuklir Iran berada dalam "perawatan intensif" dan mungkin Tehran akan menarik diri dari pakta itu jika kesepakatan, jika negara Eropa tidak mencapai kesepakatan mengenai hal ini.
"Iran ingin mempertahankan kesepakatan itu, tetapi penyesuaian harus dilakukan sebagai hasil dari keputusan Washington untuk mundur dari perjanjian terseubut," kata Arachi dalam sebuah wawancara dengan Euro News, seperti dilansir Russia Today pada Jumat (22/6).
"Kesepakatan itu telah kehilangan keseimbangannya karena mundurnya Amerika Serikat (AS). jika Eropa, dan peserta lainnya yang tersisa dari JCPOA tertarik pada Iran untuk bertahan dalam kesepakatan, mereka harus mengkompensasi ketidak beradaan, dan pengenaan kembali sanksi AS," sambungnya.
Teheran telah berulang kali menyatakan bahwa mereka ingin menyelamatkan kesepakatan itu, tetapi telah menyatakan rasa frustrasi atas proposal Eropa untuk melestarikan kesepakatan itu.
Ali Akbar Salehi, kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), mengatakan pada hari Selasa bahwa proposal Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan setelah penarikan AS tidak diterima oleh Teheran. "Jika terus seperti ini, semua pihak akan kalah," kata Salehi.
Uni Eropa (UE) sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk membantu menghidupkan kesepakatan yang goyah. Federica Mogherini, Menteri Luar Negeri UE, mengatakan pada bulan Mei bahwa blok itu sedang mempertimbangkan memperdalam hubungan ekonomi Eropa dengan Iran, melindungi transaksi perbankan dengan Teheran, dan mempertahankan pembelian minyak dan gas dari Iran, serta menggunakan keuangan UE untuk meningkatkan investasi di Iran.
Tetapi keinginan beberapa negara Eropa untuk memperluas ruang lingkup perjanjian itu telah membuat marah Teheran. Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Presiden Prancis. Emmanuel Macron telah berusaha memperluas ketentuan perjanjian untuk mencakup program rudal balistik Iran dan keterlibatan dalam konflik regional.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan pada bulan Juni bahwa membatasi pengembangan rudal Teherani adalah mimpi yang tidak akan pernah terwujud.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi menyatakan saat ini kesepakatan nuklir Iran berada dalam "perawatan intensif" dan mungkin Tehran akan menarik diri dari pakta itu jika kesepakatan, jika negara Eropa tidak mencapai kesepakatan mengenai hal ini.
"Iran ingin mempertahankan kesepakatan itu, tetapi penyesuaian harus dilakukan sebagai hasil dari keputusan Washington untuk mundur dari perjanjian terseubut," kata Arachi dalam sebuah wawancara dengan Euro News, seperti dilansir Russia Today pada Jumat (22/6).
"Kesepakatan itu telah kehilangan keseimbangannya karena mundurnya Amerika Serikat (AS). jika Eropa, dan peserta lainnya yang tersisa dari JCPOA tertarik pada Iran untuk bertahan dalam kesepakatan, mereka harus mengkompensasi ketidak beradaan, dan pengenaan kembali sanksi AS," sambungnya.
Teheran telah berulang kali menyatakan bahwa mereka ingin menyelamatkan kesepakatan itu, tetapi telah menyatakan rasa frustrasi atas proposal Eropa untuk melestarikan kesepakatan itu.
Ali Akbar Salehi, kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), mengatakan pada hari Selasa bahwa proposal Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan setelah penarikan AS tidak diterima oleh Teheran. "Jika terus seperti ini, semua pihak akan kalah," kata Salehi.
Uni Eropa (UE) sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk membantu menghidupkan kesepakatan yang goyah. Federica Mogherini, Menteri Luar Negeri UE, mengatakan pada bulan Mei bahwa blok itu sedang mempertimbangkan memperdalam hubungan ekonomi Eropa dengan Iran, melindungi transaksi perbankan dengan Teheran, dan mempertahankan pembelian minyak dan gas dari Iran, serta menggunakan keuangan UE untuk meningkatkan investasi di Iran.
Tetapi keinginan beberapa negara Eropa untuk memperluas ruang lingkup perjanjian itu telah membuat marah Teheran. Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Presiden Prancis. Emmanuel Macron telah berusaha memperluas ketentuan perjanjian untuk mencakup program rudal balistik Iran dan keterlibatan dalam konflik regional.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan pada bulan Juni bahwa membatasi pengembangan rudal Teherani adalah mimpi yang tidak akan pernah terwujud.
(esn)