Assad Bantah Didikte oleh Rusia
A
A
A
DAMASKUS - Presiden Suriah, Bashar al-Assad membantah bahwa Rusia telah membuat keputusan untuknya. Dia kemudian mengatakan menjadi hal yang sangat wajar jika ada perbedaan pendapat antara sekutu-sekutu Suriah.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Inggris, Mail, Assad menanggapi pertanyaan tentang apakah Moskow sekarang mengontrol gerakan diplomatik dan militer Suriah.
"Mereka (orang-orang Rusia) tidak pernah, selama hubungan kami, mencoba mendikte, bahkan jika ada perbedaan," katanya dalam wawancara itu, seperti dilansir Channel News Asia pada Minggu (10/6).
"Merupakan hal yang wajar untuk memiliki perbedaan antara berbagai pihak, baik di dalam pemerintah kita atau pemerintah lainnya; Rusia-Suriah, Suriah-Iran, Iran-Rusia, dan di dalam pemerintahan ini, itu sangat alami, tetapi pada akhirnya satu-satunya keputusan tentang apa yang terjadi di Suriah dan apa yang akan terjadi, itu adalah keputusan Suriah," sambungnya.
Dukungan Iran dan Rusia sangat penting bagi upaya perang Assad, tetapi agenda yang berbeda dari sekutu Assad di Suriah telah menjadi lebih jelas akhir-akhir ketika Israel menekan Rusia untuk memastikan Iran dan sekutunya tidak berkuasa militer mereka di negara itu.
Penempatan pasukan Rusia di Suriah dekat perbatasan Libanon telah menyebabkan gesekan dengan pasukan yang didukung Iran, dalam apa yang tampaknya menjadi kasus langka, di mana Rusia bertindak tidak sejalan dengan sekutu Assad yang didukung Iran.
Dalam wawancara itu, Assad juga mengatakan dia mengharapkan perang di negaranya akan berakhir dalam kurang dari setahun dan menyatakan kembali tujuannya untuk mengambil kembali setiap jengkal tanah Suriah.
Dia menambahkan keterlibatan kekuatan asing seperti Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Prancis memperpanjang konflik dan telah memperlambat resolusi damai terhadap situasi di wilayah Suriah barat daya yang dikuasai pemberontak.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Inggris, Mail, Assad menanggapi pertanyaan tentang apakah Moskow sekarang mengontrol gerakan diplomatik dan militer Suriah.
"Mereka (orang-orang Rusia) tidak pernah, selama hubungan kami, mencoba mendikte, bahkan jika ada perbedaan," katanya dalam wawancara itu, seperti dilansir Channel News Asia pada Minggu (10/6).
"Merupakan hal yang wajar untuk memiliki perbedaan antara berbagai pihak, baik di dalam pemerintah kita atau pemerintah lainnya; Rusia-Suriah, Suriah-Iran, Iran-Rusia, dan di dalam pemerintahan ini, itu sangat alami, tetapi pada akhirnya satu-satunya keputusan tentang apa yang terjadi di Suriah dan apa yang akan terjadi, itu adalah keputusan Suriah," sambungnya.
Dukungan Iran dan Rusia sangat penting bagi upaya perang Assad, tetapi agenda yang berbeda dari sekutu Assad di Suriah telah menjadi lebih jelas akhir-akhir ketika Israel menekan Rusia untuk memastikan Iran dan sekutunya tidak berkuasa militer mereka di negara itu.
Penempatan pasukan Rusia di Suriah dekat perbatasan Libanon telah menyebabkan gesekan dengan pasukan yang didukung Iran, dalam apa yang tampaknya menjadi kasus langka, di mana Rusia bertindak tidak sejalan dengan sekutu Assad yang didukung Iran.
Dalam wawancara itu, Assad juga mengatakan dia mengharapkan perang di negaranya akan berakhir dalam kurang dari setahun dan menyatakan kembali tujuannya untuk mengambil kembali setiap jengkal tanah Suriah.
Dia menambahkan keterlibatan kekuatan asing seperti Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Prancis memperpanjang konflik dan telah memperlambat resolusi damai terhadap situasi di wilayah Suriah barat daya yang dikuasai pemberontak.
(esn)