Orangutan Kalimantan Lawan Buldoser Pembalak Liar Disorot Media Asing

Sabtu, 09 Juni 2018 - 13:16 WIB
Orangutan Kalimantan...
Orangutan Kalimantan Lawan Buldoser Pembalak Liar Disorot Media Asing
A A A
JAKARTA - Sejumlah media asing mengulas aksi seekor orangutan yang mati-matian membela huniannya yang dihancurkan oleh pembalak liar. Satwa yang dilindungi itu menghadapi buldoser yang dioperasikan pembalak hutan.

Beberapa media asing yang menyoroti perlawanan satwa itu antara lain Telegraph, Daily Mail, Mirror, Sputnik, Newshub dan beberapa media asing lainnya.

Dalam sebuah video, orangtuan tersebut memanjat pohon untuk mencoba menyerang kendaraan berat, meski kewalahan. Kejadian ini berlangsung di hutan Sungai Putri di Kalimantan, Indonesia.

Perlawanan satwa itu sejatinya terjadi tahun 2013, namun video dari kejadian tersebut baru dirilis hari Selasa lalu oleh International Animal Rescue, kelompok pelestari satwa.

Menurut kelompok itu, video dirilis sebagai perlawanan untuk menyelamatkan orangutan yang terjebak di zona pembalakan hutan untuk pembukaan lahan kelapa sawit.

"Orangutan yang putus asa ini dengan panik mencari perlindungan dari kekuatan buldoser destruktif; mesin yang telah menghancurkan segalanya di sekitarnya," kata kelompok itu dalam keterangan video yang diunggah di halaman Facebook-nya.

Orangutan itu berhasil diselamatkan. Namun, International Animal Rescue memperingatkan tentang dampak penebangan pohon-pohon yang jadi rumah satwa itu. Yakni, komunitas orangutan bisa menyerbu permukiman warga yang berpotensi memunculkan konflik baru.

Dalam video tersebut, orangutan pelawan pembalakan liar diselamatkan seorang akivis dari Unit Perlindungan Orangutan untuk International Animal Rescue. Satwa itu selanjutnya dipindahkan ke pusat penyelamatan dan rehabilitasi orangutan di Ketapang, Kalimantan Barat, di mana ada lebih dari 100 orangutan yang diselamatkan di sana.

Menurut World Wildlife Fund populasi orangutan di seluruh dunia telah menyusut dalam 60 tahun terakhir. Sekitar 55 persen habitat alami hewan itu juga telah hancur dalam 20 tahun terakhir.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0934 seconds (0.1#10.140)