Tersangka Teror Paris Menolak Bicara di Pengadilan Belgia
A
A
A
BRUSSELS - Tersangka tunggal dalam serangan teror Paris pada 2015, Salah Abdeslam, menolak berbicara banyak dalam pengadilan di Belgia, kemarin. Dia diadili terkait baku tembak yang berujung pada penangkapannya.
Salah Abdeslam menyatakan dia tidak akan merespon pertanyaan dari hakim. “Saya diam tidak membuat saya seorang kriminal, ini pertahanan saya,” kata dia, dikutip BBC, kemarin.
Abdeslam, 28, menganggap Muslim dihakimi tanpa belas kasihan. “Saya tidak takut kalian, saya tidak takut aliansi kalian,” ujar dia tanpa memberi penjelasan apa yang dia maksud.
Dia meminta kejaksaan menyusun kasus ini berdasarkan bukti forensik dan bukti yang terlihat, dan tidak hanya untuk memuaskan pendapat publik.
Kejaksaan Prancis yakin Abdeslam memainkan peran kunci dalam serangan di Paris saat para pelaku bersenjata dan pelaku bom bunuh diri menargetkan tempat konser, stadium, restoran dan bar, hingga menewaskan 130 orang dan melukai ratusan orang lainnya.
Dia menjadi pria paling diburu di Eropa setelah pembunuhan massal tersebut dan ditangkap di Brussels empat bulan kemudian. Saudara kandungnya, Brahim merupakan salah satu dari pelaku penyerangan di Paris dan tewas dalam ledakan bom bunuh diri di luar kafe.
Abdeslam diperkirakan tidak akan diadili di Prancis hingga paling cepat 2019. Tuduhan yang dia hadapi di Brussels tidak terkait kejadian di Paris tapi pada aksi baku tembak antara dia dan polisi saat dia diburu di Belgia.
Abdeslam dan temannya Sofien Ayari, 24, dituduh memiliki senjata ilegal dan berupaya membunuh personil polisi dalam konteks teroris. Dia dituduh baku tembak dengan aparat yang merazia tempat persembunyian mereka di distrik Molenbeek, Brussels. Keduanya menghadapi ancaman penjara 40 tahun jika pengadilan menyatakan mereka bersalah.
Saat hadir di pengadilan kemarin, Ayari menyatakan dia berperang bersama kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah. Ayari dan Abdeslam hadir di pengadilan tersebut.
Salah Abdeslam memasuki ruang pengadilan dengan diam saat semua mata melihat padanya. Foto yang dirilis polisi selama empat bulan perburuannya setelah serangan di Paris menunjukkan pria muda yang bercukur rapi dengan rambut pendek. Kini rambut Abdeslam lebih panjang, hampir sebahu. Dia penjara, dia juga menumbuhkan jenggot.
Foto lama menunjukkan dia lebih kurus dan santai. Sekarang dia tampak bergerak sedikit ragu saat dibawa ke ruang pengadilan. Dia tidak mengatakan apapun.
Saat hakim bertanya padanya untuk mengonfirmasi identitasnya, Abdeslam yang mengenakan jaket putih tidak merespon. Hakim pun bertanya lagi. Dia pun harus dibujuk untuk mengakui namanya sendiri.(Syarifudin)
Salah Abdeslam menyatakan dia tidak akan merespon pertanyaan dari hakim. “Saya diam tidak membuat saya seorang kriminal, ini pertahanan saya,” kata dia, dikutip BBC, kemarin.
Abdeslam, 28, menganggap Muslim dihakimi tanpa belas kasihan. “Saya tidak takut kalian, saya tidak takut aliansi kalian,” ujar dia tanpa memberi penjelasan apa yang dia maksud.
Dia meminta kejaksaan menyusun kasus ini berdasarkan bukti forensik dan bukti yang terlihat, dan tidak hanya untuk memuaskan pendapat publik.
Kejaksaan Prancis yakin Abdeslam memainkan peran kunci dalam serangan di Paris saat para pelaku bersenjata dan pelaku bom bunuh diri menargetkan tempat konser, stadium, restoran dan bar, hingga menewaskan 130 orang dan melukai ratusan orang lainnya.
Dia menjadi pria paling diburu di Eropa setelah pembunuhan massal tersebut dan ditangkap di Brussels empat bulan kemudian. Saudara kandungnya, Brahim merupakan salah satu dari pelaku penyerangan di Paris dan tewas dalam ledakan bom bunuh diri di luar kafe.
Abdeslam diperkirakan tidak akan diadili di Prancis hingga paling cepat 2019. Tuduhan yang dia hadapi di Brussels tidak terkait kejadian di Paris tapi pada aksi baku tembak antara dia dan polisi saat dia diburu di Belgia.
Abdeslam dan temannya Sofien Ayari, 24, dituduh memiliki senjata ilegal dan berupaya membunuh personil polisi dalam konteks teroris. Dia dituduh baku tembak dengan aparat yang merazia tempat persembunyian mereka di distrik Molenbeek, Brussels. Keduanya menghadapi ancaman penjara 40 tahun jika pengadilan menyatakan mereka bersalah.
Saat hadir di pengadilan kemarin, Ayari menyatakan dia berperang bersama kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah. Ayari dan Abdeslam hadir di pengadilan tersebut.
Salah Abdeslam memasuki ruang pengadilan dengan diam saat semua mata melihat padanya. Foto yang dirilis polisi selama empat bulan perburuannya setelah serangan di Paris menunjukkan pria muda yang bercukur rapi dengan rambut pendek. Kini rambut Abdeslam lebih panjang, hampir sebahu. Dia penjara, dia juga menumbuhkan jenggot.
Foto lama menunjukkan dia lebih kurus dan santai. Sekarang dia tampak bergerak sedikit ragu saat dibawa ke ruang pengadilan. Dia tidak mengatakan apapun.
Saat hakim bertanya padanya untuk mengonfirmasi identitasnya, Abdeslam yang mengenakan jaket putih tidak merespon. Hakim pun bertanya lagi. Dia pun harus dibujuk untuk mengakui namanya sendiri.(Syarifudin)
(nfl)