Di Tengah Ketegangan Nuklir Korut, AS Tak Punya Dubes di Korsel

Jum'at, 19 Januari 2018 - 11:02 WIB
Di Tengah Ketegangan Nuklir Korut, AS Tak Punya Dubes di Korsel
Di Tengah Ketegangan Nuklir Korut, AS Tak Punya Dubes di Korsel
A A A
WASHINGTON - Pos diplomatik kunci Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan (Korsel) masih dibiarkan kosong meski Presiden Donald Trump sudah berkuasa setahun. Hingga kini, Washington tak memiliki duta besar (dubes) di Seoul meski krisis nuklir Korea Utara (Korut) terus memanas.

Seorang calon dubes bernama Victor Cha pernah dipromosikan ke West Wing Gedung Putih beberapa bulan yang lalu. Cha saat itu bertemu dengan para pejabat, termasuk staf senior Gedung Putih.

Menurut sumber pemerintah AS, Trump pernah mengirim nama Cha ke Seoul untuk menduduki kursi dubes pada bulan Desember. Cha dilaporkan sudah menerima persetujuan secara cepat.

Tapi anehnya, seperti tidak terjadi apa-apa sejak saa itu. Hal itu memicu banyak pertanyaan dan kebingungan tentang apa yang terjadi dengan posisi kursi dubes AS di Korsel.

Penangguhan penunjukan dubes itu, menurut pengamat, berpotensi merusak kepentingan keamanan AS di saat situasi di Semenanjung Korea sedang memanas. Terlebih, Korsel menjadi rumah bagi lebih dari 28.000 tentara AS.

”Korea Selatan itu penting, Anda benar-benar membutuhkan seseorang untuk memonitornya dengan ketat, dan tidak ada yang memiliki akses yang dimiliki duta besar,” kata Ronald E. Neumann, Presiden American Academy of Diplomacy dan mantan duta besar AS untuk Aljazair, Bahrain dan Afghanistan.

”Anda tidak bisa terus mengawasi ke mana tujuannya dan bagaimana hal itu mempengaruhi kebijakan dari Washington,” ujar Neumann, seperti dikutip CNN, Jumat (19/1/2018).

Baik Gedung Putih maupun Cha tidak membalas permintaan komentar yang diajukan wartawan untuk mengonfirmasi laporan ini.

Situasi di Seoul hanya secuil bagian dari masalah diplomatik administrasi Trump yang luas. Sebab, pemerintah Trump juga mengosongkan kursi dubes negara-negara penting bagi Washington seperti seperti Arab Saudi, Jerman, Uni Eropa, Mesir dan Yordania.

Asosiasi Layanan Luar Negeri Amerika, yang mewakili para diplomat aktif dan pensiunan, telah menghitung bahwa di tahun pertama, Gedung Putih era Trump telah menunjuk 31 persen lebih sedikit duta besar ketimbang yang dilakukan oleh pemerintahan Obama pada periode waktu yang sama.

Cha, seorang ilmuwan dan penulis untuk urusan Asia yang pernah menjabat sebagai Direktur Urusan Asia di Dewan Keamanan Nasional Presiden George W. Bush. Dia telah mengkritik keputusan administrasi Trump untuk membatalkan Kemitraan Trans-Pasifik, yang menurutnya berpengaruh pada manfaat strategis yang signifikan bagi AS, terutama mengingat tantangan dari China.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5631 seconds (0.1#10.140)