Redam Hasutan Demo, Iran Sebar Pasukan Elite Garda Revolusi
A
A
A
TEHERAN - Pasukan elite Garda Revolusi Iran disebar ke tiga provinsi untuk meredam hasutan dan kerusuhan anti-pemerintah. Pasukan elite dikerahkan setelah negara itu diguncang gelombang demo selama sepekan terakhir yang menewaskan 21 orang.
Protes, yang awalnya dipicu karena krisis ekonomi yang diderita oleh kalangan muda dan pekerja, telah berkembang menjadi kekuatan untuk melawan kediktatoran dan hak istimewa dari elite rezim Iran, terutama Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Demo rusuh tersebut terus menarik tanggapan tajam dari masyarakat internasional. Para pemimpin Eropa misalnya, menyampaikan kegelisahannya atas gelombang demonstrasi di Iran. Sedangkan pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Israel gembira dengan mendukung para pemrotes.
Demonstrasi terus berlanjut setelah pengadilan Iran mengancam melakukan eksekusi bagi mereka yang melakukan kerusuhan. Demo berlangsung malam hari di kawasan Malayer, Provinsi Hamadan.
Para pemrotes menyanyikan yel-yel bernada kritik terhadap Khamenei. ”Orang-orang mengemis, pemimpin tertinggi bertindak seperti Tuhan!,” bunyi yel-yel yang dinyanyikan demonstran, seperti dikutip Reuters, Kamis (4/1/2018).
Di Kota Nowshahr, demonstran juga mengecam diktator Iran. Aksi mereka direkam dan diunggah di media sosial.”Matilah diktator,” teriak para demonstran.
Meski demikian, demonstrasi pro-pemerintah Iran juga bemunculan. Di kota suci Syiah, Qom, demonstran melambaikan bendera dan potret Khamenei.
"Darah di pembuluh darah kita adalah hadiah untuk pemimpin kita (Khamenei)," teriak para demonstran pro-rezim Iran. "Kami tidak akan meninggalkan pemimpin kami sendirian."
Mereka menuduh Amerika Serikat, Israel dan Inggris menghasut demonstrasi anti-pemerintah. "Para perusuh sedetik harus dieksekusi!," lanjut teriakan para demonstran.
Demo yang belum mereda telah membuat Garda Revolusi Iran khawatir. Komandan Garda Revolusi, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, mengatakan bahwa dia telah mengerahkan pasukan ke Provinsi Hamadan, Isfahan dan Lorestan untuk menangani ”hasutan baru”.
Garda Revolusi—pedang dan perisai teokrasi Syiah Iran—telah berperan penting dalam menekan sebuah pemberontakan atas dugaan kecurangan pemilu pada tahun 2009, di mana puluhan pemrotes kelas menengah terbunuh. Khamenei saat itu mengutuk kerusuhan tersebut sebagai “hasutan”.
Sementara itu, di Washington, seorang pejabat senior administrasi Trump mengatakan Amerika Serikat akan mengumpulkan informasi yang dapat ditindaklanjuti terkait demonstrasi di Iran. Informasi itu akan memungkinkan untuk mengajukan sanksi terhadap individu dan organisasi Iran yang terlibat dalam tindakan keras terhadap demonstran.
Protes, yang awalnya dipicu karena krisis ekonomi yang diderita oleh kalangan muda dan pekerja, telah berkembang menjadi kekuatan untuk melawan kediktatoran dan hak istimewa dari elite rezim Iran, terutama Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Demo rusuh tersebut terus menarik tanggapan tajam dari masyarakat internasional. Para pemimpin Eropa misalnya, menyampaikan kegelisahannya atas gelombang demonstrasi di Iran. Sedangkan pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Israel gembira dengan mendukung para pemrotes.
Demonstrasi terus berlanjut setelah pengadilan Iran mengancam melakukan eksekusi bagi mereka yang melakukan kerusuhan. Demo berlangsung malam hari di kawasan Malayer, Provinsi Hamadan.
Para pemrotes menyanyikan yel-yel bernada kritik terhadap Khamenei. ”Orang-orang mengemis, pemimpin tertinggi bertindak seperti Tuhan!,” bunyi yel-yel yang dinyanyikan demonstran, seperti dikutip Reuters, Kamis (4/1/2018).
Di Kota Nowshahr, demonstran juga mengecam diktator Iran. Aksi mereka direkam dan diunggah di media sosial.”Matilah diktator,” teriak para demonstran.
Meski demikian, demonstrasi pro-pemerintah Iran juga bemunculan. Di kota suci Syiah, Qom, demonstran melambaikan bendera dan potret Khamenei.
"Darah di pembuluh darah kita adalah hadiah untuk pemimpin kita (Khamenei)," teriak para demonstran pro-rezim Iran. "Kami tidak akan meninggalkan pemimpin kami sendirian."
Mereka menuduh Amerika Serikat, Israel dan Inggris menghasut demonstrasi anti-pemerintah. "Para perusuh sedetik harus dieksekusi!," lanjut teriakan para demonstran.
Demo yang belum mereda telah membuat Garda Revolusi Iran khawatir. Komandan Garda Revolusi, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, mengatakan bahwa dia telah mengerahkan pasukan ke Provinsi Hamadan, Isfahan dan Lorestan untuk menangani ”hasutan baru”.
Garda Revolusi—pedang dan perisai teokrasi Syiah Iran—telah berperan penting dalam menekan sebuah pemberontakan atas dugaan kecurangan pemilu pada tahun 2009, di mana puluhan pemrotes kelas menengah terbunuh. Khamenei saat itu mengutuk kerusuhan tersebut sebagai “hasutan”.
Sementara itu, di Washington, seorang pejabat senior administrasi Trump mengatakan Amerika Serikat akan mengumpulkan informasi yang dapat ditindaklanjuti terkait demonstrasi di Iran. Informasi itu akan memungkinkan untuk mengajukan sanksi terhadap individu dan organisasi Iran yang terlibat dalam tindakan keras terhadap demonstran.
(mas)