AS Bangun Gedung Kedubes Termahal di London

Minggu, 24 Desember 2017 - 10:21 WIB
AS Bangun Gedung Kedubes Termahal di London
AS Bangun Gedung Kedubes Termahal di London
A A A
LONDON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) membangun gedung kedutaan besar (kedubes) termewah di London, Inggris. Fasilitas diplomatik yang berada di tepi Sungai Thames itu merupakan tanda istimewa hubungan kedua negara yang sudah terjalin sejak 1785. Pemerintah AS sengaja membangun gedung baru dengan desain futuristik. Eksterior bangunan yang menghabiskan dana 750 juta poundsterling (Rp13,6 triliun) itu dibuat berlapiskan kaca sehingga menambah kesan megah ketika dilihat dari luar.

Sejumlah media AS dan Inggris menyebut gedung baru Kedubes AS itu sebagai yang termahal di dunia. Pembangunan gedung kedubes yang terletak di Nine Elms, London, itu memakan waktu sekitar empat tahun. Jika tidak ada aral melintang, gedung yang eksteriornya didominasi warna putih tersebut akan dibuka secara resmi pada 16 Januari 2018 oleh Presiden AS Donald Trump bertepatan dengan kunjungan kenegaraan ke Inggris.

Sebelumnya Trump memperoleh undangan kunjungan kenegaraan dari Inggris dan akan disambut Ratu Elizabeth II. Namun tanggal keberangkatannya tidak diketahui. Awalnya kunjungan Trump dijadwalkan pada Februari 2018. Duta Besar (Dubes) AS untuk Inggris Woody Johnson mengatakan, jadwal kunjungan Trump sulit untuk diprediksi. Meski demikian, dia mengaku tidak sabar untuk menyambut Trump. "Saya pikir Presiden akan sangat terkesan dengan bangunan ini dan juga penghuninya," ujar Johnson seperti dikutip Dailymail.

Inggris merupakan sekutu AS sejak lama dan dianggap sebagai pintu gerbang bagi AS untuk menuju Eropa. Bahkan ketika hubungan Inggris dengan Uni Eropa renggang akibat keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), AS tetap menjaga komitmen hubungannya dengan Inggris. Namun dalam beberapa bulan terakhir hubungan kedua negara diuji dengan perbedaan sikap atas status Yerusalem dan kesepakatan nuklir Iran.

Pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh AS ditentang keras Inggris. Johnson yang ditunjuk menjadi Dubes AS untuk Inggris sejak 19 Januari 2017 saat ini pun diminta memperkuat relasi dengan Inggris. Trump, menurut Johnson, bahkan secara khusus memerintahkan dirinya agar lebih dekat dengan Inggris sehingga kedua negara lebih sejahtera dan aman. "Dia (Trump) berkata, 'Saya ingin kamu membuatnya lebih kuat.' Saya pun akan melakukannya," kata Johnson.

Gantikan Kantor Lama
AS sebelumnya menjalankan misi diplomatik di Grosvenor Square, Mayfair, London, yang berdiri sejak 1960. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS memperhitungkan biaya renovasi dan pemasangan alat keamanan terbaru di kantor lama akan sangat mahal sehingga mereka lebih memilih membangun gedung baru.

Kedubes AS di Grosvenor Square diputuskan untuk ditransformasi menjadi pusat perhotelan dan ritel senilai 1 miliar poundsterling (Rp18 triliun) oleh perusahaan real estate Qatari Diar. Selama Perang Dunia II, Grosvenor Square dikenal sebagai Little America karena menjadi pusat markas militer Jenderal Dwight D Eisenhower.

Luas ruang Kedubes AS yang baru di Nine Elms dua kali lipat dari Kedubes AS di Grosvenor Square, yakni mencapai 518.000 kaki persegi. Kedubes itu diklaim sebagai kedubes termewah dan termahal. Biayanya hampir setara dengan pembangunan Kedubes AS di Afghanistan dan Irak. Di kedua negara itu, AS menggelontorkan dana USD792 juta (Rp10,7 triliun) dan USD750 juta (Rp10 triliun).

Pelaksana Direktur Biro Operasi Bangunan Luar Negeri AS William Moser mengatakan, seluruh biaya pembangunan kedubes baru, termasuk pembebasan lahan, dibayar dari penjualan properti Pemerintah AS di Inggris. "Gedung tersebut dibangun tanpa menggunakan uang rakyat," kata mantan Dubes AS untuk Moldova itu.

Ramah Lingkungan
Gedung kedubes baru AS dirancang dengan kesan megah dan berwibawa. Desainnya terlihat modern. Bangunan itu menggunakan bahan bebas karbon sehingga ramah lingkungan. Limpasan air yang sudah digunakan akan mengalir membentuk air terjun. Gedung itu juga dapat memproduksi energi sendiri dengan menggunakan sistem pembangkit tenaga surya dalam jangka panjang.

Tidak seperti kebanyakan bangunan kaca, gedung baru Kedubes AS dilengkapi material scrim plastik ringan mirip kain layar perahu. Komposisinya tidak berbeda jauh dengan plastik berbahan dasar fluorin Etfe yang juga digunakan dalam bangunan Beijing National Aquatic Center. Scrim itu tertancap dengan sel foto voltaik. Scrim tersebut pada dasarnya berfungsi untuk menyerap sinar matahari sehingga ruangan interior tidak terlalu panas. Siripnya terjepit dalam jarak yang sempit hingga membentuk riak. "Struktur kaca ini menjabarkan inti dari nilai-nilai demokrasi, yakni transparansi, keterbukaan, dan persamaan," ungkap Kemlu AS.

Kedubes baru AS juga dilengkapi enam taman yang terletak di dalam dan luar ruangan. Semua taman di dalam ruangan merupakan representasi dari sebagian pemandangan alam paling terkenal di AS. Sebut saja Canyonland, garis pantai selatan Gulf Coast, Midwest, Lembah Sungai Potomac, Pantai Pasifik, dan Atlantik Tengah. Namun bangunan itu tidak memiliki pembatas keamanan yang tinggi.

Sebagai gantinya, tender perusahaan konstruksi Kieran Timberlake membuat taman umum dan telaga di sekelilingnya. James Timberlake dari Kieran Tim berlake mengatakan semua itu sudah memenuhi dan melampaui persyaratan keamanan. "Kami menggunakan elemen alam dan seni taman yang banyak digunakan selama beberapa abad lalu sebagai perlengkapan keamanan. Kami tidak membangun dinding tembok atau pagar," kata Kieran.

Beberapa Kedubes AS yang dibangun pada abad ke-21 mengundang banyak kritik karena terkesan terlalu paranoid.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9364 seconds (0.1#10.140)
pixels