PM Libanon Mengundurkan Diri, Netanyahu: Panggilan untuk Bersatu Melawan Iran
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan tanggapan pengunduran diri PM Libanon Saad al-Hariri. Menurutnya, pengunduran diri Hariri adalah sebuah tanda bagi masyarkat internasional mengenai perlunya mengambil tindakan melawan agresi Iran di Timur Tengah.
Pada hari Sabtu, Hariri mengundurkan diri dari jabatannya. Dalam pidatonya, ia mengungkapkan ketakutan bahwa dia dapat dibunuh seperti ayahnya. Ia juga menuduh Iran secara terang-terangan melakukan upaya untuk kehancuran di seluruh wilayah Timur Tengah.
"Pengunduran diri Perdana Menteri Libanon Hariri dan ucapannya adalah panggilan bagi masyarakat internasional untuk mengambil tindakan melawan agresi Iran yang mencoba mengubah Suriah menjadi Libanon kedua," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Twitter.
"Agresi ini tidak hanya membahayakan Israel tapi juga seluruh Timur Tengah. Komunitas internasional perlu bersatu dan menghadapi agresi ini," sambungnya seperti dilansir dari Sputnik, Minggu (5/11/2017).
Hariri adalah perdana menteri dari tahun 2009 sampai 2011 dan telah kembali menjabat pada bulan November 2016. Ayahnya, Rafik Hariri, terbunuh pada tahun 2005 sebagai akibat dari sebuah ledakan di Beirut. Sebuah pengadilan khusus di Den Haag menuduh lima anggota Hizbullah atas pembunuhan Rafik Hariri.
Hizbullah, yang didirikan pada tahun 1980-an, adalah organisasi paramiliter dan politik yang berasal dari kelompok Syiah Libanon. Kelompok ini pada awalnya bertujuan untuk mengakhiri pendudukan Israel di Libanon Selatan. Pemerintah Libanon termasuk anggota Hizbullah.
Iran adalah sekutu dekat Hizbullah. Kelompok Libanon ini melakukan perang dengan Israel pada tahun 2006, dan dianggap sebagai organisasi teroris di negara ini.
Di Suriah, Iran mendukung pasukan Presiden Bashar al-Assad dalam perang sipil melawan berbagai kelompok oposisi dan militan, yang mengamuk sejak 2011.
Pada hari Sabtu, Hariri mengundurkan diri dari jabatannya. Dalam pidatonya, ia mengungkapkan ketakutan bahwa dia dapat dibunuh seperti ayahnya. Ia juga menuduh Iran secara terang-terangan melakukan upaya untuk kehancuran di seluruh wilayah Timur Tengah.
"Pengunduran diri Perdana Menteri Libanon Hariri dan ucapannya adalah panggilan bagi masyarakat internasional untuk mengambil tindakan melawan agresi Iran yang mencoba mengubah Suriah menjadi Libanon kedua," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Twitter.
"Agresi ini tidak hanya membahayakan Israel tapi juga seluruh Timur Tengah. Komunitas internasional perlu bersatu dan menghadapi agresi ini," sambungnya seperti dilansir dari Sputnik, Minggu (5/11/2017).
Hariri adalah perdana menteri dari tahun 2009 sampai 2011 dan telah kembali menjabat pada bulan November 2016. Ayahnya, Rafik Hariri, terbunuh pada tahun 2005 sebagai akibat dari sebuah ledakan di Beirut. Sebuah pengadilan khusus di Den Haag menuduh lima anggota Hizbullah atas pembunuhan Rafik Hariri.
Hizbullah, yang didirikan pada tahun 1980-an, adalah organisasi paramiliter dan politik yang berasal dari kelompok Syiah Libanon. Kelompok ini pada awalnya bertujuan untuk mengakhiri pendudukan Israel di Libanon Selatan. Pemerintah Libanon termasuk anggota Hizbullah.
Iran adalah sekutu dekat Hizbullah. Kelompok Libanon ini melakukan perang dengan Israel pada tahun 2006, dan dianggap sebagai organisasi teroris di negara ini.
Di Suriah, Iran mendukung pasukan Presiden Bashar al-Assad dalam perang sipil melawan berbagai kelompok oposisi dan militan, yang mengamuk sejak 2011.
(ian)