Bertemu Trump, Duterte: Saya Akan Berhubungan dengan Cara yang Benar

Senin, 30 Oktober 2017 - 01:28 WIB
Bertemu Trump, Duterte:...
Bertemu Trump, Duterte: Saya Akan Berhubungan dengan Cara yang Benar
A A A
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia akan berhubungan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dengan cara yang paling benar. Trump dan Duterte dijadwalkan akan bertemu pada bulan depan untuk membahas keamanan regional dan perang Manila terhadap narkoba.

Trump akan melakukan perjalanan ke Asia pada 3-14 November di tengah meningkatnya ketegangan seputar program nuklir dan rudal Korea Utara.

Dia akan berada di Manila pada perjalanan terakhirnya, termasuk kunjungan ke Jepang, Korea Selatan (Korsel), China, dan Vietnam, untuk menghadiri KTT para pemimpin ASEAN.

Trump akan bertemu dengan Duterte namun akan melewatkan pertemuan yang lebih besar di Manila dengan para kepala negara dan pemerintah dari China, Korsel, Jepang, India, Australia dan Selandia Baru.

"Ini akan membahas terorisme, kerja sama antara kedua negara, memerangi narkoba. Saya berharap bisa berurusan dengannya di seputar topik ini," kata Duterte dalam sebuah media briefing sebelum berangkat ke Jepang untuk bertemu Perdana Menteri Shinzo Abe.

"Saya akan berhubungan dengan Presiden Trump dengan cara yang paling benar, menyambutnya sebagai pemimpin penting," cetusnya.

"Saya juga harus mendengarkannya, apa yang harus dia katakan," ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/10/2017).

Duterte dikenal karena omelannya yang sarat dengan sumpah serapah terhadap AS, yang mencaci Washington karena memperlakukan Filipina "seperti seekor anjing," terlepas dari hubungan kedua negara yang telah berlangsung lama.

Pemimpin Filipina tersebut mengumumkan "perceraian" dari AS dalam sebuah kunjungan ke Beijing setahun yang lalu. Ia menyatakan telah menyesuaikan diri dengan China karena keduanya setuju untuk menyelesaikan perselisihan Laut China Selatan melalui perundingan.

Duterte merasa geram oleh ungkapan keprihatinan oleh anggota pemerintahan mantan Presiden Barack Obama tentang pembunuhan di luar proses hukum di Filipina.

Tapi Trump, dalam sebuah panggilan telepon ke Duterte pada bulan Mei, memuji pemimpin Filipina tersebut karena telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam masalah narkoba. Kelompok hak asasi manusia menghujani kritik tindakan keras Duterte terhadap peredaran narkoba, di mana ribuan orang telah terbunuh.

"Hak asasi manusia, peraturan perundangan dan proses hukum termasuk di antara perkembangan penting yang akan dibahas dua pemimpin selama perundingan bilateral mereka," ucap Sung Kim, duta besar AS untuk Manila, mengatakan kepada koresponden asing pekan lalu.

Duterte dituduh oleh kelompok hak asasi manusia internasional mendukung kampanye pembunuhan di luar hukum terhadap tersangka pengedar narkoba di Filipina, yang ditolak oleh pemerintahnya.

Dia membela kampanyenya yang telah berjalan selama 16 bulan pekan lalu, mengatakan kepada pengacara Asia Tenggara pada sebuah pertemuan di Manila bahwa dia telah "dibuat jahat" dan menolak tuduhan pembunuhan terhadap pemakai dan pengedar narkoba disponsori negara.

Duterte, yang berbicara di Davao City pada hari Minggu malam, mengatakan situasi di Semenanjung Korea akan menjadi agenda utama dalam pembicaraannya dengan Trump.

"Kami khawatir. Jika ada yang salah, itu akan salah. Perang nuklir sama sekali tidak bisa diterima oleh semua orang," katanya.

Duterte mengatakan akan lebih baik jika AS, Jepang dan Korsel duduk dan berbicara dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

"Katakan kepadanya bahwa tidak ada yang mengancamnya, bahwa tidak akan ada perang, dan jika Anda hanya dapat menurunkan suara Anda atau mundur, hentikan ancamannya, dan itu sama berlakunya untuk Amerika," ujarnya.

Duterte sebelumnya menggambarkan Kim sebagai orang "bodoh" dan "anak perempuan jalang" karena "bermain dengan mainan berbahaya."

Duterte mengatakan bahwa ancaman Korut juga akan dibahas dalam pertemuannya dengan Abe, bersamaan dengan bantuan Tokyo untuk membangun kembali Kota Marawi yang dilanda konflik di Filipina selatan dan untuk proyek infrastruktur Manila.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3128 seconds (0.1#10.140)