Pensiun, Pemimpin Neo Nazi Inggris Mengaku Gay dan Yahudi
A
A
A
LONDON - Seorang pemimpin kelompok Neo Nazi dan Fron Nasional terkemuka di Inggris mengaku sebagai gay dan mengungkapkan warisan darah Yahudinya. Ia membuat pengakuan tentang masa lalunya yang kelam sembari mengumumkan telah meninggalkan gerakan ekstrimis kanan jauh.
Kevin Wilshaw (58) menghabiskan seluruh hidupnya untuk mempromosikan supremasi kulit putih dan merupakan tokoh di National Front (NF) pada tahun 1980an. Dia masih berbicara pada peristiwa ekstremis baru-baru ini dan ditangkap karena mengumbar kebecian rasial secara online di bulan Maret.
Berbicara kepada Channel 4 News, dia mengaku melakukan tindakan kekerasan dan rasisme termasuk menghancurkan sebuah kursi di atas kepala seseorang di Leeds dan merusak sebuah masjid di Aylesbury. Dia mengatakan bahwa dia bergabung karena dia tidak mempunyai banyak teman di sekolah dan sedang mencari persahabatan. Ia akhirnya menjadi anggota sekelompok orang yang memiliki tujuan.
"Meskipun Anda akhirnya menjadi sekelompok orang yang melalui pandangan ekstrem mereka sendiri terputus dari masyarakat, Anda memiliki rasa persahabatan karena Anda adalah anggota kelompok yang diserang oleh orang lain," jelasnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (19/10/2017).
Wilshaw bergabung dengan Partai Nasional Inggris (BNP) pada usia 18 setelah bertugas dengan NF, dan mencoba-coba bergabung dengan kelompok seperti Racial Volunteer Force. Menurut Hope Not Hate, sebuah badan amal yang berkampanye untuk melawan rasisme dan fasisme, Wilshaw telah menjadi anggota sayap kanan sejak 1974.
Wilshaw mengatakan bahwa dia akhirnya menyadari bahwa rasisme adalah "sampah" dan berhenti jauh setelah menerima pelecehan dari dalam gerakan itu karena seksualitasnya.
"Ini adalah hal yang sangat egois untuk dikatakan, tapi memang benar, saya melihat orang-orang disiksa, diteriaki, meludahi di jalan - tidak sampai diarahkan kepada Anda sehingga Anda tiba-tiba menyadari apa yang Anda lakukan itu salah," akunya.
Dia merasa sangat bersalah atas masa lalunya dan sekarang ingin melawan rasisme, meskipun dia mengatakan bahwa dia takut pembalasan dari kelompok kanan jauh atas pengkhianatannya.
Angka baru yang dirilis pada hari Selasa mengungkapkan adanya peningkatan kejahatan kebencian Islamofobia yang dilaporkan terjadi di London pada tahun lalu.
Sebanyak 17.042 kejahatan ras atau agama dilaporkan ke polisi dalam 12 bulan sampai April 2017, dibandingkan dengan 16.762 pada tahun sebelumnya.
Kenaikan paling tajam tercatat di kejahatan anti-Islam, dengan pelanggaran sampai seperempatnya. Kejahatan homofobia meningkat 6 persen dan pelanggaran anti-Semit meningkat 4,5 persen.
Pemerintah juga telah didesak untuk melancarkan penyelidikan tentang ekstremisme ekstrem di angkatan bersenjata setelah empat tentara ditangkap karena diduga menjadi anggota kelompok neo-Nazi yang dilarang yang disebut National Front.
Kevin Wilshaw (58) menghabiskan seluruh hidupnya untuk mempromosikan supremasi kulit putih dan merupakan tokoh di National Front (NF) pada tahun 1980an. Dia masih berbicara pada peristiwa ekstremis baru-baru ini dan ditangkap karena mengumbar kebecian rasial secara online di bulan Maret.
Berbicara kepada Channel 4 News, dia mengaku melakukan tindakan kekerasan dan rasisme termasuk menghancurkan sebuah kursi di atas kepala seseorang di Leeds dan merusak sebuah masjid di Aylesbury. Dia mengatakan bahwa dia bergabung karena dia tidak mempunyai banyak teman di sekolah dan sedang mencari persahabatan. Ia akhirnya menjadi anggota sekelompok orang yang memiliki tujuan.
"Meskipun Anda akhirnya menjadi sekelompok orang yang melalui pandangan ekstrem mereka sendiri terputus dari masyarakat, Anda memiliki rasa persahabatan karena Anda adalah anggota kelompok yang diserang oleh orang lain," jelasnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (19/10/2017).
Wilshaw bergabung dengan Partai Nasional Inggris (BNP) pada usia 18 setelah bertugas dengan NF, dan mencoba-coba bergabung dengan kelompok seperti Racial Volunteer Force. Menurut Hope Not Hate, sebuah badan amal yang berkampanye untuk melawan rasisme dan fasisme, Wilshaw telah menjadi anggota sayap kanan sejak 1974.
Wilshaw mengatakan bahwa dia akhirnya menyadari bahwa rasisme adalah "sampah" dan berhenti jauh setelah menerima pelecehan dari dalam gerakan itu karena seksualitasnya.
"Ini adalah hal yang sangat egois untuk dikatakan, tapi memang benar, saya melihat orang-orang disiksa, diteriaki, meludahi di jalan - tidak sampai diarahkan kepada Anda sehingga Anda tiba-tiba menyadari apa yang Anda lakukan itu salah," akunya.
Dia merasa sangat bersalah atas masa lalunya dan sekarang ingin melawan rasisme, meskipun dia mengatakan bahwa dia takut pembalasan dari kelompok kanan jauh atas pengkhianatannya.
Angka baru yang dirilis pada hari Selasa mengungkapkan adanya peningkatan kejahatan kebencian Islamofobia yang dilaporkan terjadi di London pada tahun lalu.
Sebanyak 17.042 kejahatan ras atau agama dilaporkan ke polisi dalam 12 bulan sampai April 2017, dibandingkan dengan 16.762 pada tahun sebelumnya.
Kenaikan paling tajam tercatat di kejahatan anti-Islam, dengan pelanggaran sampai seperempatnya. Kejahatan homofobia meningkat 6 persen dan pelanggaran anti-Semit meningkat 4,5 persen.
Pemerintah juga telah didesak untuk melancarkan penyelidikan tentang ekstremisme ekstrem di angkatan bersenjata setelah empat tentara ditangkap karena diduga menjadi anggota kelompok neo-Nazi yang dilarang yang disebut National Front.
(ian)