Soal Tabrakan Kapal Perang, China Salahkan Aksi Militer AS di Laut
A
A
A
BEIJING - China menanggapi insiden tabrakan kapal perang Amerika Serikat (AS) USS John S McCain dengan kapal tanker di timur Selat Malaka dengan menyalahkan aktivitas militer Washington di laut. Beijing menilai, aktivitas militer AS telah merusak keamanan navigasi.
Komentar Beijing ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.
”Banyak orang sangat memperhatikan aktivitas militer AS yang sering terjadi di laut, yang merusak kebebasan dan keamanan navigasi. Kami berharap Amerika Serikat akan memperhatikan dan menangani masalah ini dengan benar,” kata Hua kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers regular hari Kamis ketika mengomentari perkembangan terakhir insiden kapal perang perusak USS John S McCain.
Tabrakan itu terjadi hari Senin lalu. Hingga hari ini (25/8/2017), sembilan dari sepuluh pelaut AS yang hilang belum ditemukan, sedangkan satu pelaut ditemukan tewas. Pencarian para korban dihentikan sementara.
Komentar Hua itu menggemakan sebuah editorial surat kabar China Daily yang juga menyalahkan Washington dalam insiden tabrakan kapal tersebut.
”Penyelidikan mengenai tabrakan terbaru (dari USS John S McCain dengan sebuah kapal tanker) akan memerlukan waktu untuk mencapai kesimpulan mereka, namun tidak dapat disangkal fakta bahwa meningkatnya aktivitas kapal-kapal perang AS di Asia Pasifik sejak Washington memprakarsai penyeimbangan kembali ke wilayah tersebut membuat mereka berisiko,” bunyi editorial tersebut.
”Sementara Angkatan Laut AS menjadi hambatan yang berbahaya di perairan Asia, China telah melakukan upaya bersama dengan para anggota ASEAN untuk menyusun Pedoman Perilaku Laut China Selatan dan telah meningkatkan keamanan navigasi dengan membangun lima mercusuar di kepulauannya,” lanjut editorial tersebut.
Sebelum insiden kapal USS John S McCain, pada 17 Juni 2017, tujuh pelaut Amerika tewas dalam tabrakan kapal perang jenis perusak USS Fitzgerald dengan sebuah kapal kontainer berbendera Filipina di perairan Jepang. Komandan kapal dan beberapa perwira militer AS dihukum terkait insiden mematikan itu.
Komentar Beijing ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.
”Banyak orang sangat memperhatikan aktivitas militer AS yang sering terjadi di laut, yang merusak kebebasan dan keamanan navigasi. Kami berharap Amerika Serikat akan memperhatikan dan menangani masalah ini dengan benar,” kata Hua kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers regular hari Kamis ketika mengomentari perkembangan terakhir insiden kapal perang perusak USS John S McCain.
Tabrakan itu terjadi hari Senin lalu. Hingga hari ini (25/8/2017), sembilan dari sepuluh pelaut AS yang hilang belum ditemukan, sedangkan satu pelaut ditemukan tewas. Pencarian para korban dihentikan sementara.
Komentar Hua itu menggemakan sebuah editorial surat kabar China Daily yang juga menyalahkan Washington dalam insiden tabrakan kapal tersebut.
”Penyelidikan mengenai tabrakan terbaru (dari USS John S McCain dengan sebuah kapal tanker) akan memerlukan waktu untuk mencapai kesimpulan mereka, namun tidak dapat disangkal fakta bahwa meningkatnya aktivitas kapal-kapal perang AS di Asia Pasifik sejak Washington memprakarsai penyeimbangan kembali ke wilayah tersebut membuat mereka berisiko,” bunyi editorial tersebut.
”Sementara Angkatan Laut AS menjadi hambatan yang berbahaya di perairan Asia, China telah melakukan upaya bersama dengan para anggota ASEAN untuk menyusun Pedoman Perilaku Laut China Selatan dan telah meningkatkan keamanan navigasi dengan membangun lima mercusuar di kepulauannya,” lanjut editorial tersebut.
Sebelum insiden kapal USS John S McCain, pada 17 Juni 2017, tujuh pelaut Amerika tewas dalam tabrakan kapal perang jenis perusak USS Fitzgerald dengan sebuah kapal kontainer berbendera Filipina di perairan Jepang. Komandan kapal dan beberapa perwira militer AS dihukum terkait insiden mematikan itu.
(mas)