Dubes RI Diskusi Soal Toleransi dengan Asosiasi Muslim Georgia
A
A
A
TBILISI - Duta Besar Indonesia untuk Ukraina, Armenia dan Goergia, Yuddy Chrisnandi dilaporkan telah melakukan pertemuan dengan Asosiasi Muslim Georgia. Pertemuan itu diketahui berlangsung di Masjid Jumah, di Tbilisi. Dimana Yuddy dalam pertemuan itu berdialog dengan Syeikh Georgia, Haji Ramin Igidov, yang didampingi oleh Mufti Georgia Timur, Haji Iasin Aliev.
Menurut keterangan pers Kedutaan Besar Indonesia di Kiev pada Minggu (28/5), pertemuan itu membahas mengenai hubungan antara ummat beragama di Georgia yang harmonis serta dukungan pemerintah negara tersebut kepada komunitas muslim. Disampaikannya, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tidak terdapat diskriminasi terhadap Muslim Georgia. Beberapa pejabat di pemerintahanan merupakan muslim, termasuk sejumlah anggota Parlemen dan sejumlah Deputi Menteri.
Syekh Georgia dan Mufti Georgia Timur menyatakan, Georgia memiliki sejarah toleransi beragama yang panjang. Selama berabad-abad, komunitas Muslim, Kristen Ortodoks, Katolik, dan Yahudi hidup berdampingan satu sama lain dan juga memiliki rumah ibadah yang berdekatan di satu wilayah.
"Saya mendapati perkembangan Islam di Georgia sangat bagus. Toleransi antar agama di sini terjalin dengan baik. Pemerintah Georgia memberikan support dengan memberikan ruang untuk agama Islam berkembang dengan baik. Saya merinding saat berdiskusi dengan Haji Igidov, Syeikh Georgia, Islam sedang berkembang pesat di daratan Eropa, bukan tidak mungkin Islam berkembang besar seperti dulu kala, sebagai agama rohmatan lil'alamin," ucap Yudi.
Yuddy kemudian mengatakan, sangat menghargai penerimaan yang hangat dari Asosiasi Muslim Georgia dan menyampaikan undangan bagi Asosiasi Muslim Georgia untuk mengunjungi Indonesia. Dia menegaskan, ia berkomitmen untuk memfasilitasi kontak dan kerja sama atara Asosiasi Muslim Georgia dengan Organisasi Islam di Indonesia.
"Potensi kerjasama ekonomi antara pengusaha muslim Indonesia-Georgia bisa kita gali lebih dalam. Asosiasi muslim Georgia sudah membukakan pintu selebar-lebarnya untuk kita menjalin hubungan saling menguntungkan. Tinggal bagaimana kita mengolahnya sebagai sebuah hubungan masa depan. Pengusaha muslim Indonesia tentu tertarik akan hal ini. Saya akan memikirkan bagaimana makanismenya agar pengusaha kita dengan mudah masuk kepasar mereka. Segera akan saya follow up," tukasnya.
Asosiasi Muslim Georgia sendiri didirikan pada tahun 2011 lalu, dan semenjak 2014, mendapatkan pendanaan dari Pemerintah Georgia dan juga bantuan dari negara lain, terutama Iran, Turki, dan Azerbaijan.
Asosiasi Muslim Georgia bergerak dalam bidang pendidikan Islam dan memiliki lebih dari 400 imam. Para imam tersebut memberikan pendidikan agama kepada masyarakat, bahkan terdapat program khusus untuk memberikan pendidikan agama kepada para narapidana muslim di lapas dengan dukungan Pemerintah Georgia.
Menurut keterangan pers Kedutaan Besar Indonesia di Kiev pada Minggu (28/5), pertemuan itu membahas mengenai hubungan antara ummat beragama di Georgia yang harmonis serta dukungan pemerintah negara tersebut kepada komunitas muslim. Disampaikannya, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tidak terdapat diskriminasi terhadap Muslim Georgia. Beberapa pejabat di pemerintahanan merupakan muslim, termasuk sejumlah anggota Parlemen dan sejumlah Deputi Menteri.
Syekh Georgia dan Mufti Georgia Timur menyatakan, Georgia memiliki sejarah toleransi beragama yang panjang. Selama berabad-abad, komunitas Muslim, Kristen Ortodoks, Katolik, dan Yahudi hidup berdampingan satu sama lain dan juga memiliki rumah ibadah yang berdekatan di satu wilayah.
"Saya mendapati perkembangan Islam di Georgia sangat bagus. Toleransi antar agama di sini terjalin dengan baik. Pemerintah Georgia memberikan support dengan memberikan ruang untuk agama Islam berkembang dengan baik. Saya merinding saat berdiskusi dengan Haji Igidov, Syeikh Georgia, Islam sedang berkembang pesat di daratan Eropa, bukan tidak mungkin Islam berkembang besar seperti dulu kala, sebagai agama rohmatan lil'alamin," ucap Yudi.
Yuddy kemudian mengatakan, sangat menghargai penerimaan yang hangat dari Asosiasi Muslim Georgia dan menyampaikan undangan bagi Asosiasi Muslim Georgia untuk mengunjungi Indonesia. Dia menegaskan, ia berkomitmen untuk memfasilitasi kontak dan kerja sama atara Asosiasi Muslim Georgia dengan Organisasi Islam di Indonesia.
"Potensi kerjasama ekonomi antara pengusaha muslim Indonesia-Georgia bisa kita gali lebih dalam. Asosiasi muslim Georgia sudah membukakan pintu selebar-lebarnya untuk kita menjalin hubungan saling menguntungkan. Tinggal bagaimana kita mengolahnya sebagai sebuah hubungan masa depan. Pengusaha muslim Indonesia tentu tertarik akan hal ini. Saya akan memikirkan bagaimana makanismenya agar pengusaha kita dengan mudah masuk kepasar mereka. Segera akan saya follow up," tukasnya.
Asosiasi Muslim Georgia sendiri didirikan pada tahun 2011 lalu, dan semenjak 2014, mendapatkan pendanaan dari Pemerintah Georgia dan juga bantuan dari negara lain, terutama Iran, Turki, dan Azerbaijan.
Asosiasi Muslim Georgia bergerak dalam bidang pendidikan Islam dan memiliki lebih dari 400 imam. Para imam tersebut memberikan pendidikan agama kepada masyarakat, bahkan terdapat program khusus untuk memberikan pendidikan agama kepada para narapidana muslim di lapas dengan dukungan Pemerintah Georgia.
(esn)