Cuaca Dingin Ekstrem Lumpuhkan Eropa

Selasa, 10 Januari 2017 - 22:30 WIB
Cuaca Dingin Ekstrem...
Cuaca Dingin Ekstrem Lumpuhkan Eropa
A A A
WARSAWA - Cuaca dingin ekstrem di Eropa menewaskan 10 orang di Polandia, membuat ribuan orang di Turki telantar, dan mengganggu aktivitas para imigran serta tunawisma. Suhu dua digit di bawah nol derajat Celsius itu telah menewaskan lebih dari 30 orang dalam beberapa hari terakhir di berbagai penjuru Eropa.

Sebagian besar korban tewas adalah para imigran dan tunawisma yang membeku hingga meninggal dunia. Akhir pekan lalu menjadi hari paling mematikan pada musim dingin kali ini di Polandia. Suhu di negara itu mencapai minus 20 derajat Celsius di beberapa wilayah.

“Kemarin 10 orang tewas kedinginan,” ungkap pernyataan Pusat Keamanan Nasional Polandia (RCB) kemarin seperti dikutip kantor berita AFP. “Jumlah korban hipotermia mencapai 65 orang sejak 1 November,” papar RCB. Salju tebal di Kota Istanbul, Turki, melumpuhkan lalu lintas selama tiga hari berturut-turut. Selat Bosphorus ditutup bagi kapal-kapal dan ratusan penerbangan dibatalkan.

Kapal-kapal feri yang melayani kota-kota di Eropa dan Asia juga berhenti beroperasi. Sekolah- sekolah di berbagai penjuru Istanbul juga diliburkan karena cuaca ekstrem tersebut. Maskapai Turkish Airlines menyatakan hanya 292 pemberangkatan dari Bandara Attaturk Istanbul yang beroperasi pada Senin (9/1). Pada hari normal, bandara itu dapat mengakomodasi lebih dari 1.500 pendaratan dan pemberangkatan pesawat.

CEO Turkish Airlines Bilal Eksi menjelaskan, lebih dari 600 penerbangan dibatalkan pada Minggu (8/1) dan lebih dari 10.000 pelancong yang tidak dapat mencapai Istanbul telah ditempatkan di beberapa hotel di berbagai belahan dunia. Seorang pria tunawisma berusia 68 tahun ditemukan tewas membeku di ibu kota Makedonia, Skopje, saat di Kota Sjenica, Serbia, suhu mencapai minus 33 derajat Celsius.

Lalu lintas di sungai-sungai Danube dan Sava telah dihentikan di Serbia. Beberapa imigran di ibu kota Belgrade berlindung di bangunan gudang dekat stasiun kereta. Para imigran itu menghindari tempat-tempat penampungan yang disediakan pemerintah karena khawatir akan dideportasi kembali ke negara asal mereka. “Sangat sulit, terutama pada malam hari.

Suhu sepanjang malam mencapai minus 15 derajat Celsius,” kata Niamat, 13, asal Afghanistan. Dia menambahkan, “Saya telah menunggu di sini tiga bulan dan saya tidak tahu kapan saya dapat melanjutkan perjalanan saya.” Imigran lain, Ismail, 16, mengatakan, “Tak seorang pun membantu kami. Ini sangat dingin dan saya khawatir bagaimana kami akan bertahan dengan kondisi seperti ini.” Sekolah-sekolah diliburkan di berbagai kota di Siberia tengah kemarin.

Meski demikian, sekolah kembali dibuka di Moskow saat suhu naik tujuh derajat menjadi minus 20 derajat Celsius. Ibu kota Rusia itu mencatat rekor Malam Natal Ortodoks paling dingin dalam rentang 120 tahun pada akhir pekan lalu. Yunani dan Italia juga menghadapi cuaca dingin ekstrem pada pekan lalu. Beberapa imigran pun meninggal dunia akibat hipotermia.

Dengan lebih dari 60.000 pengungsi Suriah di wilayah tersebut, Yunani telah memindahkan sebagian besar imigran ke rumah-rumah dan tenda-tenda dengan pemanas suhu ruangan. Di Bulgaria, dua jasad imigran asal Irak ditemukan oleh warga desa di hutan pegunungan di wilayah tenggara negara itu yang dekat perbatasan Turki. Sementara itu badai menerjang California dan beberapa bagian barat Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu.

Badai itu mengakibatkan banjir yang menggenangi jalanan di wilayah tersebut. Curah hujan setinggi 7,6 hingga 20 cm diperkirakan terjadi di pusat dan utara California serta di Pegunungan Sierra Nevada hari ini. Salju tebal hingga 1-2 meter juga akan dialami beberapa wilayah. Salju tebal akan turun di Nevada dan Pegunungan Rocky bagian utara dalam dua hari mendatang. Badan Cuaca Nasional melaporkan, hampir 40 sungai atau cekungan di California Utara atau barat Nevada akan mengalami banjir.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8713 seconds (0.1#10.140)