Polisi Iran Ancam Sita Mobil Perempuan yang Berjilbab Buruk
A
A
A
TEHERAN - Pihak polisi Iran mengancam akan menyita mobil yang dikemudikan perempuan jika perempuan tersebut “berjilbab buruk” atau bahkan tidak menutupi kepalanya dengan jilbab.
Ancaman itu disampaikan Kepala Polisi Lalu Lintas Teheran, Jenderal Teymour Hosseini, pada Rabu kemarin.
”Jika seorang sopir (perempuan) di dalam mobil adalah berjilbab buruk atau telah melepas jilbabnya, kendaraan akan disita sesuai dengan hukum,” kata Hosseini, seperti dikutip kantor berita ISNA, Kamis (3/9/2015).
Hosseini melanjutkan, untuk mendapatkan mobilnya kembali, wanita terkait harus mendapatkan perintah dari pengadilan.
Sejak Revolusi Islam pecah pada tahun 1979, setiap perempuan di Iran wajib berjilbab jika berada di tempat umum. Tapi beberapa dekade terakhir, aturan berpakaian bagi perempuan di Iran telah dilonggarkan.
”Sayangnya, beberapa ruas jalan di ibu kota sudah menyerupai salon fashion," kata kepala pengadilan di Iran, Sadegh Larijani, yang mempertanyakan toleransi bagi aturan berpakaian untuk perempuan Iran.
Sejak presiden moderat Iran Hassan Rouhani berkuasa tahun 2013, dunia politik dan sosial di Iran mengalami reformasi. Namun, peraturan di Iran masih terlihat konservatif, terutama menyangkut hukum syariat Islam.
Ancaman itu disampaikan Kepala Polisi Lalu Lintas Teheran, Jenderal Teymour Hosseini, pada Rabu kemarin.
”Jika seorang sopir (perempuan) di dalam mobil adalah berjilbab buruk atau telah melepas jilbabnya, kendaraan akan disita sesuai dengan hukum,” kata Hosseini, seperti dikutip kantor berita ISNA, Kamis (3/9/2015).
Hosseini melanjutkan, untuk mendapatkan mobilnya kembali, wanita terkait harus mendapatkan perintah dari pengadilan.
Sejak Revolusi Islam pecah pada tahun 1979, setiap perempuan di Iran wajib berjilbab jika berada di tempat umum. Tapi beberapa dekade terakhir, aturan berpakaian bagi perempuan di Iran telah dilonggarkan.
”Sayangnya, beberapa ruas jalan di ibu kota sudah menyerupai salon fashion," kata kepala pengadilan di Iran, Sadegh Larijani, yang mempertanyakan toleransi bagi aturan berpakaian untuk perempuan Iran.
Sejak presiden moderat Iran Hassan Rouhani berkuasa tahun 2013, dunia politik dan sosial di Iran mengalami reformasi. Namun, peraturan di Iran masih terlihat konservatif, terutama menyangkut hukum syariat Islam.
(mas)