Putin: Rusia dan Barat Akan Terus Bekerjasama
A
A
A
MOSKOW - Walaupun hubungan antara Barat dan Rusia sedang panas, namun Presiden Rusia Vladimir Putin yakin kerjasama kedua pihak masih akan terus berlanjut. Pernyataan Putin tersebut terlontar kala membuka forum ekonomi internasional di St. Petesburgh.
Dalam pidatonya di forum bernama St Petersburg International Economic Forum, seperti dilansir Reuters pada Jumat (19/6/2015) Putin menyakini bahwa hubungan kerjasama antara Rusia dan Barat tidak akan terhenti, walaupun keduanya kini sedang terlibat friksi.
Hubungan Barat dan Rusia memang terus memburuk paska konflik di Ukraina pecah pada awal tahun 2014 lalu. Bahkan, hubungan Rusia dan Amerika Serikat (AS) saat ini disebut-sebut sebagai yang terburuk, dengan tingkat kepercayaan paling rendah sejak masa perang dingin.
Presiden Rusia, dalam pidatonya juga mengatakan Rusia memiliki komitmen kuat untuk memastikan adanya transparansi dalam bidang ekonomi, sehingga bisa mengundang para investor untuk kembali berinvestasi di Rusia.
Kondisi ekonomi Rusia sendiri saat ini tengah goyah, yang ditandai dengan melemahnya mata uang Rusia, Rubel. Pelemahan ini diakibatkan oleh serbuan sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat dan Eropa, terkait dengan konflik di Ukraina.
Untuk menstabilkan kondisi dalam negeri, Rusia saat ini tengah melebarkan sayap mereka di Asia. China dan Indonesia adalah dua negara yang menjadi sasaran kerjasama Rusia, sebagai pengganti mitra mereka di Barat.
Dalam pidatonya di forum bernama St Petersburg International Economic Forum, seperti dilansir Reuters pada Jumat (19/6/2015) Putin menyakini bahwa hubungan kerjasama antara Rusia dan Barat tidak akan terhenti, walaupun keduanya kini sedang terlibat friksi.
Hubungan Barat dan Rusia memang terus memburuk paska konflik di Ukraina pecah pada awal tahun 2014 lalu. Bahkan, hubungan Rusia dan Amerika Serikat (AS) saat ini disebut-sebut sebagai yang terburuk, dengan tingkat kepercayaan paling rendah sejak masa perang dingin.
Presiden Rusia, dalam pidatonya juga mengatakan Rusia memiliki komitmen kuat untuk memastikan adanya transparansi dalam bidang ekonomi, sehingga bisa mengundang para investor untuk kembali berinvestasi di Rusia.
Kondisi ekonomi Rusia sendiri saat ini tengah goyah, yang ditandai dengan melemahnya mata uang Rusia, Rubel. Pelemahan ini diakibatkan oleh serbuan sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat dan Eropa, terkait dengan konflik di Ukraina.
Untuk menstabilkan kondisi dalam negeri, Rusia saat ini tengah melebarkan sayap mereka di Asia. China dan Indonesia adalah dua negara yang menjadi sasaran kerjasama Rusia, sebagai pengganti mitra mereka di Barat.
(esn)