Korban Kapal Maut China 331 Jiwa, Operator Minta Maaf
A
A
A
JIANLI - Jumlah korban tewas yang ditemukan dari tragedi terbaliknya kapal pesiar di Sungai Yangtze, China, sudah mencapai 331 jiwa pada Sabtu (6/6/2015). Pihak operator kapal maut itu pun minta maaf dan akan bekerja sama dalam penyelidikan.
Kapal itu membawa 458 orang saat berlayar di Sungai Yangtze. Namun, kapal dihantam angin topan pada Senin malam. Kapal sempat tenggelam dan muncul ke permukaan dengan posisi terbalik. Hanya 14 orang yang selamat dalam tragedi itu, di mana salah satunya adalah kapten kapal. (Baca: Bawa 458 Orang, Kapal Feri Tenggelam di China)
Jiang Zhao, general manager Eastern Star, perusahaan operator kapal telah membungkuk dan meminta maaf ketika wawancara dengan media pemerintah China.”Sepenuhnya akan bekerja sama dalam penyelidikan,” katanya, seperti dikutip Reuters. Dia berjanji tidak akan menutup-nutupi penyelidikan tragedi kapal itu.
Korban tragedi kapal pesiar di China ini lebih tinggi dari tragedi serupa yang pernah terjadi di Korea Selatan (Korsel) pada April 2014, yang jumlah korbannya mencapai 304 orang.
Insiden di Sungai Yangtze ini juga tercatat sebagai bencana maritim terburuk dalam tujuh dekade. Lebih dari 1.000 anggota keluarga telah datang ke Jianli di Provinsi Hubei tengah, lokasi di mana kapal itu terbalik. Mereka frustasi karena informasi dari Pemerintah China kurang.
Pemerintah China telah menyatakan bahwa mereka akan melakukan segala hal untuk membantu kerabat korban, termasuk menyediakan akomodasi gratis dan pelayanan medis.
Beberapa kerabat korban menangis ketika tiba di lokasi kejadian. Mereka mengeluhkan pengerahan aparat keamanan yang ditujukan kepada mereka, termasuk beberapa mobil polisi yang di parkir di luar hotel, tempat mereka menginap.
”Setiap orang yang telah datang ke sini sedang dikendalikan. Pada dasarnya tidak ada kebebasan. Mereka mengikuti kami di mana-mana,” kata salah satu kerabat korban kepada Reuters yang minta untuk tidak diidentiifikasi.
”Pemerintah takut. Semua pekerjaan yang mereka lakukan berlangsung di malam hari, bagaimana Anda tidak curiga?,” lanjut dia.”Saya tidak akan melakukan apa-apa untuk saat ini. Tapi jika ini terus terjadi, saya akan kehilangan semua itu.”
Kapal itu membawa 458 orang saat berlayar di Sungai Yangtze. Namun, kapal dihantam angin topan pada Senin malam. Kapal sempat tenggelam dan muncul ke permukaan dengan posisi terbalik. Hanya 14 orang yang selamat dalam tragedi itu, di mana salah satunya adalah kapten kapal. (Baca: Bawa 458 Orang, Kapal Feri Tenggelam di China)
Jiang Zhao, general manager Eastern Star, perusahaan operator kapal telah membungkuk dan meminta maaf ketika wawancara dengan media pemerintah China.”Sepenuhnya akan bekerja sama dalam penyelidikan,” katanya, seperti dikutip Reuters. Dia berjanji tidak akan menutup-nutupi penyelidikan tragedi kapal itu.
Korban tragedi kapal pesiar di China ini lebih tinggi dari tragedi serupa yang pernah terjadi di Korea Selatan (Korsel) pada April 2014, yang jumlah korbannya mencapai 304 orang.
Insiden di Sungai Yangtze ini juga tercatat sebagai bencana maritim terburuk dalam tujuh dekade. Lebih dari 1.000 anggota keluarga telah datang ke Jianli di Provinsi Hubei tengah, lokasi di mana kapal itu terbalik. Mereka frustasi karena informasi dari Pemerintah China kurang.
Pemerintah China telah menyatakan bahwa mereka akan melakukan segala hal untuk membantu kerabat korban, termasuk menyediakan akomodasi gratis dan pelayanan medis.
Beberapa kerabat korban menangis ketika tiba di lokasi kejadian. Mereka mengeluhkan pengerahan aparat keamanan yang ditujukan kepada mereka, termasuk beberapa mobil polisi yang di parkir di luar hotel, tempat mereka menginap.
”Setiap orang yang telah datang ke sini sedang dikendalikan. Pada dasarnya tidak ada kebebasan. Mereka mengikuti kami di mana-mana,” kata salah satu kerabat korban kepada Reuters yang minta untuk tidak diidentiifikasi.
”Pemerintah takut. Semua pekerjaan yang mereka lakukan berlangsung di malam hari, bagaimana Anda tidak curiga?,” lanjut dia.”Saya tidak akan melakukan apa-apa untuk saat ini. Tapi jika ini terus terjadi, saya akan kehilangan semua itu.”
(mas)