Ratusan Jasad Militan ISIS Ditolak 13 Negara Asal, Irak Bingung

Jum'at, 30 Januari 2015 - 11:24 WIB
Ratusan Jasad Militan ISIS Ditolak 13 Negara Asal, Irak Bingung
Ratusan Jasad Militan ISIS Ditolak 13 Negara Asal, Irak Bingung
A A A
BAGHDAD - Ratusan jasad militan ISIS asing menumpuk di sebuah rumah sakit Irak, karena ditolak 13 negara asal mereka. Pemerintah Irak pun bingung, hendak diapakan ratusan jasad itu.

Ke-13 negara asal militan ISIS itu antara lain dari Eropa, Asia dan Arab. Kebanyakan dari negara-negara itu justru meminta Irak membakar atau menenggelamkan jasad ratusan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu.

Sebaliknya, warga sipil dan politisi di Irak menolak jika jasad ratusan militan ISIS asing itu dikubur di Irak. Menurut pemerintah Irak, ratusan militan ISIS asing itu tewas saat melawan pasukan Peshmerga Kurdi dna lainnya terkena serangan udara koalisi yang dipimpin Amerika Serikat.

Kementerian Dalam Negeri Irak kepada surat kabar berbahasa Arab, Akhbar, menolak menyebut identitas ratusan militan ISIS asing tersebut.

Pemerintah Irak ini kebingungan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap lebih dari 100 jasad militan ISIS asing karena semua pihak menolak pemakamannya.

“Negara-negara ini ingin mengirim pesan pertama ke Irak; pesan dukungan terhadap terorisme dan radikalisme, dan yang kedua untuk memberitahu orang-orang yang ingin bertarung dengan ISIS bahwa mereka tidak berarti apa-apa untuk negara mereka,” kata pejabat kementerian itu yang berbicara dalam kondisi anonim.

Media berbahasa Arab lainnya, Al Quds Alarabi, melaporkan, bahwa warga sipil dan politisi Irak menolak jika para militan ISIS asing itu dikubur di Irak.

Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) kepada Fox News, mengatakan, bahwa nasib militan ISIS asal AS dipasrahkan ke keluarga masing-masing, termasuk jika ingin dibawa pulang ke AS.

“Biro Urusan Konsuler akan mencari dan menginformasikan kematian warga AS dan memfasilitasi cara untuk pengembalian jasad ke AS untuk pemakaman,” kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS yang menolak diidentifikasi karena isu itu sensitif, sebagaimana dilansir Daily Mail, semalam.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5003 seconds (0.1#10.140)