Kesaktian Pancasila

Rabu, 01 Oktober 2014 - 14:44 WIB
Kesaktian Pancasila
Kesaktian Pancasila
A A A
SETIAP 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Tentang kenapa 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, semua pihak tentu sudah sangat mengetahui dan memahaminya.

Upaya pemberontakan pada 30 September 1965 yang dilakukan pihak tertentu akhirnya berhasil digagalkan pada 1 Oktober 1965. Konon, pemberontakan itu berhasil digagalkan karena Pancasila mempunyai peran sentral. Kekhawatiran masuknya ideologi yang tidak sejiwa dengan Indonesia berhasil diredam oleh Pancasila.

Sesuai dengan namanya, Pancasila terdiri atas lima sila yang merupakan dasar bagi sendi-sendi bagi kehidupan berbangsa. Jika di luar Indonesia dikenal ideologi komunis ataupun liberal, Indonesia mempunyai Pancasila.

Komunis yang cenderung sangat kolektif dan liberal yang sangat individualistis tentu bukan ideologi yang pas buat bangsa ini. Pancasila yang lahir di masa kemerdekaan Indonesia bisa menjadi solusi agar bangsa ini tidak terlalu kolektif yang pada akhirnya hak-hak individu dikebiri, tetapi juga tidak terlalu individualistis sehingga rasa gotong-royong juga hilang.

Pancasila yang berisi lima sila, Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah sebuah jalan keluar agar bangsa ini menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik tentu bertujuan untuk bagaimana rakyat Indonesia lebih sejahtera dan mempunyai kehidupan lebih baik.

Lebih baik daripada saat ini dan lebih baik bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki ideologi liberal maupun komunis. Kesaktian Pancasila hingga sekarang memang masih diuji. Pancasila yang bertujuan membuat bangsa ini lebih baik toh belum bisa terwujud. Bukan Pancasila yang tidak sakti, tetapi berbagai pihaklah yang tidak menjalankan kesaktian tersebut.

Pancasila yang memuat lima pegangan hidup bagi bangsa ini justru dihilangkan kesaktiannya karena ulah sebagian orang. Parahnya, individu atau kelompok yang sebenarnya menghilangkan kesaktian Pancasila justru berargumen apa yang dia lakukan berdasarkan Pancasila. Ya pada akhirnya terjadi subjektivitas dalam menjalankan Pancasila. Individu atau kelompok A menganggap dirinya telah mengamalkan Pancasila, sedangkan individu atau kelompok B justru menjauhi Pancasila.

Mana yang benar? Kembali ke nurani masing-masing apakah tujuan dari para individu dan kelompok tersebut memang berdasarkan Pancasila. Toh, jika memang mengaku sama-sama mendasarkan diri pada Pancasila dan terjadi perdebatan ngalor ngidul, hal itu bisa dimusyawarahkan seperti pada sila keempat. Pancasila yang merupakan produk asli Indonesia kadang juga sebatas jargon dalam kenyataannya.

Banyak kita lihat berbagai pihak yang lebih senang mengatakan dirinya mempunyai ideologi liberal atau bahkan komunis. Bahkan dalam tata perekonomian pun banyak pihak menyebut ekonomi liberal atau ekonomi sosialis (komunis) yang lebih baik. Mana yang lebih tepat dan pas? Tentu bergantung pada kemauan bangsa-bangsa di dunia ini. Namun di Indonesia akan lebih tepat menggunakan ideologi asli bangsa ini, yaitu Pancasila.

Ideologi kita adalah Pancasila sehingga ekonomi kita pun ekonomi Pancasila. Indonesia adalah Pancasila. Mari, sebagai bangsa yang besar, sudah semestinya kita semua becermin, apakah berbagai hal yang sudah dan akan kita lakukan telah didasari dengan Pancasila? Lalu berkatalah jujur kepada diri sendiri. Jika memang belum mencerminkan Pancasila, masih ada waktu untuk kembali ke Pancasila.

Jika sudah, teruskan untuk kemajuan diri sendiri dan utamanya bagi bangsa ini. Mari kita jaga kesaktian Pancasila tidak hanya dengan melawan pemberontak, tetapi juga melawan nafsu individu dan kelompok.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9429 seconds (0.1#10.140)