Mengintip Aksi Boikot Global 'Penampar' Israel

Sabtu, 16 Agustus 2014 - 15:53 WIB
Mengintip Aksi Boikot Global Penampar Israel
Mengintip Aksi Boikot Global 'Penampar' Israel
A A A
YERUSALEM - Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang sempat diremehkan Israel karena merasa sebagai negara produsen dunia, akhirnya dirasakan juga dampaknya oleh negara itu.

Pada bulan Maret 2014, media Israel, Maariv, melaporkan bahwa BDS global telah menyebabkan keuangan Israel rugi 100 juta shekel. Para aktivis BDS menganggap kampanye mereka sebagai tamparan bagi Israel yang melakukan agresi di Palestina.

Gerakan BDS kian gencar setelah invasi Israel selama sebulan di Jalur Gaza, Palestina. Hampir 2 ribu rakyat Palestina di Gaza tewas selama invasi itu. Sedangkan dari kubu Israel hanya sekitar 60-an orang yang sebagian besar dari pihak militer.

Para aktivis pendukung BDS percaya, bahwa kunci untuk mengakhiri agresi Israel terhadap Palestina adalah melalui memboikot global. Dengan BDS itu pula, para aktivis ingin memaksa Israel tunduk pada hukum internasional.

Gerakan BDS sejatinya meniru dari perjuangan rakyat Afrika Selatan saat melawan rezim apartheid. Para aktivis gerakan BDS sengaja menggandeng tokoh-tokoh besar,termasuk bintang Hollywoon untuk mendukung aksi mereka.

BDS Pengaruhi Israel

Kampenye BDS adalah membujuk banyak orang untuk memboikot produk dan perusahaan yang memberikan keuntungannya kepada Israel yang melakukan pelanggaran hukum kemanusiaan di Palestina.

Zahira Sarwar, seorang aktivis politik Kanada, berpendapat bahwa kampanye boikot oleh konsumen global dalam gerakan BDS memiliki pengaruh besar pada Israel. Sebab, dana Israel selama ini, termasuk yang digunakan untuk membangun permukiman ilegal di tanah Palestina berasal dari keuntungan perusahaan-perusahaan pro-Israel.

Omar El-Barghouty, aktivis HAM Palestina dan koordinator pendiri gerakan BDS, kepada Ahram online, semalam (15/8/2014), mengatakan, Israel telah menipu dunia dengan mengklaim mengalami kerugian akibat melawan Palestina. Menurutnya, itu adalah siasat Israel untuk meraih simpati dunia.

”Rezim penindasan Israel khawatir pada prospek BDS, karena melibatkan aksi saling boikot secara paralel mulai dari akademik, budaya, militer dan ekonomi,” kata El-Barghouty.

”Dalam beberapa bulan terakhir saja, Gereja Presbiterian dari Amerika Serikat, salah satu gereja Protestan yang paling penting di sana, melakukan divestasi dari tiga perusahaan AS yang terlibat dalam pendudukan ( Israel di Palestina), yakni perusahaan Caterpillar, HP dan Motorola Solutions Israel,” lanjut El-Barghouty.

Gerakan BDS juga berdampak perusahaan individual dan korporasi. Veolia, sebuah perusahaan yang terlibat dalam pendudukan Israel, telah kehilangan kontrak senilai lebih dari USD20 miliar, terutama di Swedia, Inggris, Irlandia dan sekarang Amerika Serikat.

Kemudian perusahaan Group4Security (G4S), perusahaan konglomerat swasta Inggris-Denmark di bidang jasa keamanan swasta yang beroperasi di 125 negara juga jadi target gerakan BDS.

”Keuntungan perusahaan pro-pendudukan dan pelanggaran hak asasi manusia Israel di Palestina, seperti Veolia dan G4S, telah kehilangan kontrak besar,akibat gerakan BDS. Bukan hanya dampak moral atau simbolik saja, tapi juga keuangan,” kata El-Barghouty.

Embargo Senjata

Adri Nieuwhof, advokat HAM dan kontributor Intifadah Elektronik, setuju bahwa boikot keuangan berpengaruh pada Israel. Tapi, dia juga menyerukan embargo militer terhadap Israel sebagai ganjaran terhadap negara itu atas invasi di Jalur Gaza, Palestina.

”Sebuah embargo militer terhadap Israel sudah mendesak, mengingat kekerasan ekstrem oleh negara ini terhadap warga Palestina,” kata Nieuwhof.

Selama ini Israel kuat, karena ada ekspor senjata ke Israel dari sejumlah negara, terutama Amerika Serikat. Selain itu AS juga membantu mengembangkan teknologi Israel yang terbukti digunakan untuk melakukan agresi di Gaza.

Menurut situs BDS, Israel merupakan salah satu produsen terkemuka di dunia dan eksportir drone militer. Teknologi militer Israel, dikembangkan untuk mempertahankan penindasan telah dipasarkan di seluruh dunia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3778 seconds (0.1#10.140)