Amerika Dituduh Memprovokasi China untuk Perang Nuklir

Kamis, 08 Desember 2016 - 15:26 WIB
Amerika Dituduh Memprovokasi...
Amerika Dituduh Memprovokasi China untuk Perang Nuklir
A A A
BEIJING - Perang nuklir Amerika Serikat (AS) dengan China bisa pecah tanpa terduga karena diduga terprovokasi oleh pangkalan-pangkalan militer Washington yang menjamur di Pasifik. Menurut jurnalis dan pembuat film dokumeter John Pilger pangkalan-pangkalan militer AS itu ditujukan untuk Bejing.

Analisis jurnalis pemenang British Academy of Film and Television Arts (BAFTA) ini muncul dalam film dokumenter terbarunya, ”The Coming War on China” yang akan ditayangkan sejumlah media Rusia.

Pilger dalam analisisnya menyebut ekspansi ambisius Beijing dan reklamasi pulau di Laut China Selatan pada kenyataannya merupakan respons terhadap kegiatan militer AS di sekitar perbatasan.

Seperti diketahui, kebijakan Presiden AS Barack Obama untuk Asia pada 2011 telah mengakibatkan pembangunan 400 pangkalan AS, termasuk di Guam, di tempat lain di Laut China Selatan, Korea Selatan dan Jepang. Titik-titik pangkalan militer AS itu praktis melingkari China.

”Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Barack Obama, telah berkomitmen (investasi) triliunan dolar untuk senjata nuklir kami. Dia melakukan (investasi) triliunan dolar bagi masa depan untuk perang di ruang angkasa. Dan kami perlu musuh untuk semua (dari) uang ini dan China adalah musuh yang sempurna,” kata James Bradley, penulis “China Mirage” dalam film dokumenter karya Pilger, yang dilansir Russia Today, Kamis (8/12/2016).

Menurut Pilger, media memainkan peran kunci dalam mempromosikan ide “ancaman China” menjadi berita besar. Setidaknya hal itu terbukti dengan sikap China yang sudah merasa di bawah ancaman. Jurnalis ini menggambarkan bahayanya AS untuk memprovokasi China untuk perang.

”Titik tentang semua ini adalah, saya tidak berpikir ada yang ingin perang nuklir atau bahkan perang antara kekuatan-kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan China. Tapi apa yang terjadi di sini adalah bahwa peletakan dasar, penilaian dari kesalahan potensial dan insiden,” ujar Pilger.

Film dokumenter ini juga berisi wawancara Pilger dengan Asisten Menteri Luar Negeri AS, Daniel R. Russel, yang menyatakan bahwa kehadiran militer AS di Pasifik “disambut hangat oleh sebagian besar negara-negara pesisir dan sepenuhnya diterima oleh China.

Tapi, Pilger merasa komentar diplomat AS itu jauh dari kebenaran. ”Kesan saya adalah bahwa mereka (negara-negara pesisir) takut,” katanya.

”Kami berdiri di beberapa menit sebelum tengah malam dalam hal ancaman perang nuklir. Tujuan yang dari film ini adalah untuk mematahkan sains. Sebuah perang nuklir tidak lagi terpikirkan,” ujar Pilger.
(mas)
Berita Terkait
Presiden Taiwan Terbang...
Presiden Taiwan Terbang ke Amerika Serikat, China Murka
Khawatir Agresivitas...
Khawatir Agresivitas China, Amerika Serikat Dekati Indonesia
Inilah Perbandingan...
Inilah Perbandingan Kekuatan Militer China vs Amerika Serikat
Dijegal Amerika Serikat,...
Dijegal Amerika Serikat, Mobil Listrik China Semakin Banting Harga
Media China Sindir Kerusuhan...
Media China Sindir Kerusuhan di Amerika Serikat
China Tuding Amerika...
China Tuding Amerika Serikat Kacaukan Semenanjung Korea
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
1 jam yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
3 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
4 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
Syarat Penderita Diabetes...
Syarat Penderita Diabetes Diperbolehkan untuk Puasa
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved