Mengenang Fidel Castro dan Krisis Rudal Nuklir Kuba

Sabtu, 26 November 2016 - 14:32 WIB
Mengenang Fidel Castro dan Krisis Rudal Nuklir Kuba
Mengenang Fidel Castro dan Krisis Rudal Nuklir Kuba
A A A
HAVANA - Fidel Castro, bekas presiden dan juga bekas perdana menteri Kuba meninggal di Havana pada sekitar pukul 19.00, Jumat malam waktu Kuba. Presiden Kuba Raul Castro—adik Fidel Castro—mengkonfirmasi kematian kakaknya itu pada Sabtu (26/11/2016).

Fidel Castro sudah bertahun-tahun mengalami masalah kesehatan. Dia memimpin Kuba dengan partai tunggal hampir setengah abad sebelum akhirnya menyerahkan kekuasaannya pada Raul Castro pada 2008.

Dalam beberapa tahun terakhir, Fidel Castro jarang tampil di depan publik, meski kadang-kadang berkomentar tentang peristiwa di Kuba.

Kematian Castro menandai akhir dari sebuah era bagi banyak orang. Castro adalah pemimpin yang tersisa dari sekelompok pemimpin komunis tua termasuk Mao Zedong dari China, Kim Il-sung dari Korea dan Nikita Khrushchev dan Leonid Brezhnev dari Soviet (sekarang Rusia).

Castro dianggap sebagai pahlawan nasional sekaligus diktator Kuba. Dia bangkit mulai dari menjadi aktivis mahasiswa memprotes rezim Presiden Kuba Batista yang saat itu dikenal sebagai penindas.

Pada bulan Februari 1959, Revolusi Kuba membawa Castro berkuasa sebagai perdana menteri. Dia didukung oleh apa yang disebut sebagai “Gerakan 26 Juli”, dan tokoh revolusioner Amerika Latin Che Guevara. Kedua tokoh itu bersama-sama menggulingkan rezim Bastista yang didukung Amerika Serikat (AS).

Setelah gagal untuk mempertahankan hubungan dengan Washington, Kuba menjadi terisolasi karena AS memilih untuk memotong semua hubungan perdagangan dengan negara Karibia itu. Pada tahun 1961 kepemimpinan Castro 1961 menangkis invasi yang didukung CIA yang dikenal sebagai invasi Teluk Babi.

Castro pernah mengakui bahwa dia beberapa kali jadi target pembunuhan CIA. Castro tak menyebut berapa kali dia jadi target CIA, tapi beberapa pejabat Kuba menyatakan percobaan pembunuhan itu hingga 600 kali, termasuk insiden rokok Castro yang diisi bahan peledak.

Setelah berkuasa, Castro cepat menemukan sekutu baru, seperti Uni Soviet yang menyediakan Kuba dengan senjata, mobil, dan peralatan industri yang membuat negara itu tetap bertahan.

Tapi bersekutu dengan Soviet, telah meciptakan peristiwa yang dikenal sebagai krisis rudal nuklir Kuba, di mana pada Oktober 1962 Castro mengizinkan Soviet menempatkan rudal nuklir di Kuba sebagai respons AS yang menyebarkan rudal di Turki. Krisis ini dianggap konfrontasi paling berbahaya dari Perang Dingin AS dan Soviet pada saat itu.

Krisis rudal mereda ketika pemimpin AS Kennedy dan pemimpin Soviet Khrushchev, setuju untuk kompromi.

Setelah Fidel Castro pensiun dan menyerahkan kekuasaannya Raul Castro, kebijakan Kuba mulai berubah. Raul Castro dan Presiden AS Barack Obama sepakat rekonsiliasi. Kuba dan AS sepakat berdamai setelah sekian tahun terlibat Perang Dingin.

Meski Kuba dan AS sepakat berekonsiliasi, Fidel Castro di hari tuanya tetap skeptis. Dia tidak menentang langkah adiknya untuk berdamai dengan AS, tapi dia tidak pernah mempercayai AS.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4859 seconds (0.1#10.140)