Seteru dengan India, Pakistan Haramkan Film Bollywood

Sabtu, 01 Oktober 2016 - 09:29 WIB
Seteru dengan India, Pakistan Haramkan Film Bollywood
Seteru dengan India, Pakistan Haramkan Film Bollywood
A A A
ISLAMABAD - Bioskop-bioskop di Pakistan dilarang memutar film-film India atau Bollywood setelah kedua negara berseteru di wilayah Kashmir. “Pengharaman” pemutaran film-film Bollywood itu sebagai solidaritas atas tewasnya dua tentara Pakistan dalam baku tembak dengan pasukan India di wilayah perbatasan itu.

Pelarangan pemutaran film-film India di Pakistan diumumkan pada Jumat (30/9/2016) kemarin. Pelarangan berlaku sampai situasi kembali normal.

Perseteruan kedua negara nuklir di wilayah Kashmir ini meningkat sejak empat militan menyerang sebuah pangkalan militer India di Kashmir pada 18 September 2016. Serangan itu menewaskan 18 tentara India, di mana pihak Pakistan disalahkan atas serangan tersebut.

Nadeem Mandviwalla, yang menjalankan delapan bioskop di Karachi dan Islamabad, kepada Reuters membenarkan larangan pemutaran film-film Bollywood untuk sementara. ”Kami sudah berhenti memutar film India di bioskop kami dari Jumat (30 September 2016) sampai situasi membaik dan normal kembali,” katanya, yang dikutip Sabtu (1/10/2016).

Khurram Gultasab, manajer Super Cinemas di Pakistan, juga menegaskan bahwa kelompok bioskopnya tidak akan bioskop memutar film-film India. “Saya pikir kita harus menunjukkan solidaritas dengan tentara kita yang terlibat ketegangan sangat panas sekarang dan keduanya berbatasan dengan aktor kami,” katanya.

Bioskop-bioskop Pakistan juga menanggapi respons Indian Motion Picture Producers' Association (IMPPA), sebuah pembuat film kecil India yang mempekerjakan aktor Pakistan.

Media India juga telah melaporkan bahwa pemimpin sayap kanan politik India, Maharashtra Navnirman Sena, telah memberikan ultimatum selama 48 jam untuk aktor Pakistan agar hengkang dari India.

Salman Khan, salah satu bintang Bollywood, menyayangkan dunia seni ikut terseret dalam konflik. ”Mereka adalah seniman. Ini adalah dua mata pelajaran yang berbeda. Mereka (militan) teroris, ini adalah seniman. Apa yang Anda pikirkan, seniman adalah teroris...?,” katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3062 seconds (0.1#10.140)