Brexit, Cerai Berani Inggris dari UE setelah 43 Tahun

Jum'at, 24 Juni 2016 - 17:14 WIB
Brexit, Cerai Berani Inggris dari UE setelah 43 Tahun
Brexit, Cerai Berani Inggris dari UE setelah 43 Tahun
A A A
LONDON - Hari ini (24/6/2016), dunia menjadi saksi Inggris berani cerai dari Uni Eropa (UE). Via referendum bersejarah, mayoritas rakyat Inggris (52 persen suara) memilih Brexit, sisanya 48 persen suara memilih bertahan di Uni Eropa.

Inggris sejatinya bukan negara yang pertama kali bergabung dengan UE. Inggris—atas nama Britania Raya—tercatat bergabung dengan Uni Eropa pada 1 Januari 1973. Pasal 50 Perjanjian Lisbon menjadi dasar “perkawinan” Inggris dan Uni Eropa.

Sebelum Inggris bergabung dengan aliansi 28 negara Eropa itu, sudah ada enam negara Eropa yang sudah lebih dulu memprakarasi berdirinya aliansi tersebut. Enam negara itu adalah Belanda, Belgia, Jerman, Italia, Luksemburg dan Prancis.

Perceraian Inggris dengan Uni Eropa juga tidak tiba-tiba. Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP) sejak 20 tahun silam sudah berjuang dan berkampanye agar Inggris keluar dari Uni Eropa.

Pemimpin UKIP, Nigel Farage, merasa UE adalah proyek gagal dan aliansi yang korup. Menurutnya, Inggris seharusnya sejak awal “merdeka” dari UE, karena Inggris negara dengan ekonomi hebat.


”Kami telah berjuang melawan pemerintahan multinasional, terhadap bank-bank merchantbesar, melawan politik besar, melawan kebohongan, korupsi dan penipuan. Dan hari ini, kejujuran, kesopanan dan kepercayaan bangsa saya pikir akan menang sekarang,” kata Farage, seperti dikutip Sky News.

”Kami akan melakukannya tanpa harus berjuang, tanpa peluru diletuskan,” katanya lagi. Farage juga menyambut hari kemenangan ini sebagai “hari kemerdekaan” Inggris.

Direktur Jenderal Konfederasi Industri Inggris (CBI), Carolyn Fairbairn, mengatakan Brexit adalah titik sejarah penting bagi Inggris.

”Orang-orang Inggris memilih meninggalkan Uni Eropa adalah titik balik penting dalam sejarah kita. Negara ini telah berbicara dan itu bagi kita semua untuk mendengarkannya,” kata Fairbairn.

Dia memahami, bahwa keputusan untuk Brexit berdampak hebat, terutama bagi ekonomi Inggris.
”Banyak perusahaan akan prihatin dan perlu waktu untuk menilai implikasi. Kami harus yakin, mereka akan beradaptasi,” ujarnya.

"Prioritas mendesak saat ini adalah untuk meyakinkan pasar. Kita perlu kepemimpinan yang kuat dan tenang dari pemerintah, bekerja sama dengan Bank of England, untuk menopang kepercayaan dan stabilitas ekonomi.”

Berani


Keputusan rakyat Inggris memilih Brexit dalam referendum bersejarah ini merupakan keputusan berani. Sebab, sejak muncul suara Brexit di dalam negeri Inggris, Uni Eropa sudah mengeluarkan ancaman mengerikan.


Ancaman mengerikan itu antara lain, Inggris akan membuat lubang anggaran untuk mengatasi kenaikan pajak karena akan kehilangan akses perdagangannya di Uni Eropa.


Tak hanya UE yang membuat ancaman. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama juga pernah mengancam tidak akan memprioritaskan Inggris dalam sektor perdagangan dengan AS jika Inggris memilih Brexit.


Dalam ancamannya, Obama saat itu menyatakan bahwa Inggris harus berada di antrean belakang Uni Eropa dalam sektor perdagangan dengan AS.

Namun, pemimpin Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP) yang pro-Brexit, Nigel Farage, menyebut Uni Eropa sebagai “proyek gagal”. Menurutnya, hari kemenangan referendum ini menjadi “hari kemerdekaan” Inggris.

”Jineurosceptickeluar dari botol dan sekarang tidak akan dimasukkan kembali,” kata Farage, seperti dikutipAFP, Jumat (24/6/2016). Dia menyerukan Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron, yang anti-Brexit untuk mengundurkan diri sebagai konsekuensi kekalahan dalam referendum.

PM Inggris Dipermalukan


Kemenangan pro-Brexit pada hari ini juga menjadi “Jumat kelabu” bagi Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron. Dia telah dipermalukan para lawan politiknya karena gagal mempengaruhi rakyat Inggris untuk memilih bertahan di Uni Eropa. Cameron selama ini gencar berkampanye menyuarakan Inggris tetap bertahan di Uni Eropa.


Puncak emosional Cameron atas kekalahan ini adalah mengundurkan diri. Diapit istrinya Samantha, Cameron, David Cameron mengatakan bahwa dia telah memberitahu Ratu Elizabeth II atas keputusan rakyat Inggris memilih Brexit. Dia juga menyampaikan kepada sang Ratu bahwa dia resmi mengundurkan diri pada bulan Oktober mendatang.

”Orang-orang Inggris telah memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa dan kemauan mereka harus dihormati," kata Cameron. "Kehendak rakyat Inggris adalah instruksi yang harus disampaikan,” katanya lagi.

Pemimpin Partai Buruh; Jeremy Corbyn, yang anti-Brexit mengatakan, negaranya akan mulai mengalami masa-masa sulit. Inggris akan berjuang sendirian setelah cerai dari UE.

”Jelas ada beberapa hari yang sangat sulit di depan," katanya.”Akan ada konsekuensi pekerjaan sebagai akibat dari keputusan ini.”

Komentar itu dicibir Pemimpin Liberal Demokrat Tim Farron. Katanya, pemimpin Partai Buruh "benar-benar penakut".
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4164 seconds (0.1#10.140)