Yaman Sudah Sengsara, AS Terus Pasok Senjata ke Saudi

Sabtu, 05 September 2015 - 09:41 WIB
Yaman Sudah Sengsara, AS Terus Pasok Senjata ke Saudi
Yaman Sudah Sengsara, AS Terus Pasok Senjata ke Saudi
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) terus memasok senjata ke sekutu pentingnya, Arab Saudi, yang terus meluncurkan agresi di Yaman. Padahal, Yaman sudah sengsara, di mana banyak orang tidak bersalah tewas dan bantuan kemanusiaan diblokir.

Laporan itu muncul bertepatan dengan lawatan Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz untuk berbicara dengan Presiden Barack Obama. Pertemuan kedua pemimpin itu berlangsung Jumat waktu AS di Oval Ofiice. Rincian pembicaraan mereka tetap dirahasikan, namun berbagai sumber di Washington menyatakan, pasokan senjata AS untuk Saudi tetap berada di meja diskusi.

Menurut laporan Bloomberg, kandidat peralatan militer yang akan dipasok AS ke Saudi di antaranya, Boeing GPS yang dipandu senjata “Joint Direct Attack Munitions”. Saudi selama agresi di Yaman bersama koalisi Teluk dengan dalih memerangi pemberontak Houthi diduga menggunakan pesawat F-15 buatan AS. Ada juga laporan bahwa Saudi menggunakan senjata terlarang saat serangan udara yang memakan banyak korban jiwa, namun Riyadh tidak pernah mengkonfirmasi laporan itu.

Kantor berita Reuters melaporkan, Saudi dan AS nyaris mencapai kesepakatan untuk jual beli dua frigat senilai lebih dari USD 1miliar. Produsen alutsista AS, Lockheed Martin Corp, baru-baru ini juga menyetujui penjualan rudal Patriot ke Riyadh dengan nilai sekitar USD5,4 miliar. Kontrak jual beli senjata AS dan Saudi itu telah dikonfirmasi Defense Security Cooperation Agency (DSCA) Juli lalu.

Saudi sendiri tercatat sebagai importir senjata terbesar nomor satu di dunia pada tahun ini. Mantan Asisten Menteri Pertahanan AS, Lawrence Korb, kepada Sputnik, Sabtu (5/9/2015), menyatakan, bahwa Saudi memang jadi pasar utama penjualan senjata AS untuk mengatasi krisis anggaran di Pentagon.

Korb menambahkan bahwa Saudi telah meningkatkan pesanan sistem pertahanan rudal AS karena takut bahwa militer Iran akan tumbuh lebih kuat setelah mencapai kesepakatan nuklir.

Sementara itu, menjelang pertemuan dengan Raja Salman, Obama mengumumkan mereka berencana untuk membahas Iran, Suriah, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Selain itu, isu ekonomi dan energi global juga turut dibahas.

”Saya berharap untuk terus memperdalam kerjasama kami pada isu-isu seperti pendidikan, energi, ilmu pengetahuan dan perubahan iklim karena ini mulia menarik. Pada akhirnya untuk memastikan bahwa rakyatnya, khususnya orang-orang muda, dapat memiliki kesempatan menjadi makmur di masa depan,” kata Obama.

“Dan kita berbagi harapan dan mimpi-mimpi bagi orang-orang muda, dan saya berharap untuk mendengar ide-ide tentang bagaimana kita bisa membantu (Saudi).”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4738 seconds (0.1#10.140)