Pertempuran Kembali Pecah di Sudan

Jum'at, 28 Agustus 2015 - 18:35 WIB
Pertempuran Kembali Pecah di Sudan
Pertempuran Kembali Pecah di Sudan
A A A
JUBA - Pemberontak Sudan Selatan dan pihak tentara pemerintah kembali terlibat baku tembak sehari setelah Presiden Salva Kiir menandatangani kesepakatan damai. Pasukan pemberontak dan tentara saling tuding satu sama lain sebagai pihak yang memulai terlebih dahulu peperangan.

Pemimpin pemberontak Riek Machar mengatakan, pasukan pemerintah Sudan Selatan telah menyerang kota-kota yang dikuasai oleh pasukan pemberontak. Machar mengatakan, konvoi kapal perang pemerintah dan kapal feri telah menyerang kota-kota yang dikuasai oleh pemberontak dari Tayar dan Ganylel.

Menurutnya, serangan itu dilakukan untuk menguasai pelabuhan di Unity yang berdekatan dengan pelabuhan Upper Nile State. "Serangan pemerintah ke basis pemberontak terus berlanjut, meskipun Salva Kiir telah menandatangani perjanjian tentang resolusi konflik di Sudan Selatan," kata Machar seperti dikutip dari Reuters, Jumat (28/8/2015).

"Kami bertanya-tanya, apakah pemerintah benar-benar menandatangani perjanjian. Kami mengutuk aksi penyerangan yang dilakukan oleh rezim pemerintah," tambahnya.

Namun hal ini dibantah oleh juru bicara militer Sudan Selatan, Kolonel Philip Aguer. Sebaliknya, ia mengatakan, pasukan pemberontak telah menyerang pasukan pemerintah.

"Pada hari Rabu, kelompok pemberontak menyerang pasukan pemerintah di Nhialdiu dan kami hanya membalasnya. Akibatnya, ada sejumlah korban, namun kami tidak memiliki rinciannya sampai sekarang," ujarnya.

"Bagi tentara, sudah jelas perintahnya, yaitu menjalankan kebijakan pemerintah dan kami akan berjuang untuk membela diri jika pemberontak menyeang kami," tegasnya.

Salva Kiir, yang memimpin Sudan Selatan untuk memisahkan diri dari Sudan pada 2011, pekan lalu meminta waktu konsultasi dan diberi tenggat waktu hingga dua pekan untuk menandatangani perjanjian atau akan menerima sanksi dari PBB.

Konflik di Sudan ini telah menewaskan ribuan orang dan membuat lebih dari 2,2 juta orang mengungsi, dimana 500 ribu diantaranya telah melarikan diri dari negara itu sejak perang saudara dimulai pada 2013. Warga Sudan kini banyak mengandalkan bantuan untuk bertahan hidup.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4934 seconds (0.1#10.140)