ISIS Obral Gadis Muda Rp1,6 Juta untuk Budak Seks

Selasa, 04 Agustus 2015 - 11:04 WIB
ISIS Obral Gadis Muda Rp1,6 Juta untuk Budak Seks
ISIS Obral Gadis Muda Rp1,6 Juta untuk Budak Seks
A A A
NEW YORK - Pejabat senior PBB, Zainab Bangura, memperoleh salinan pamflet berisi daftar harga jual gadis-gadis muda yang ditangkap dan dijadikan budak ISIS. Dalam pamflet itu diketahui bahwa ISIS menjual gadis-gadis muda untuk budak seks mulai dari harga US$124 (dolar AS) atau sekitar Rp1,6 juta.

Pamflet itu diperoleh Bangura ketika melakukan kunjungan ke Irak pada April 2015 lalu. Menurutnya, penawar gadis-gadis muda yang dijual kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah militan kelompok itu sendiri dan orang-orang kaya di Timur Tengah.

Gadis-gadis muda yang dijual ISIS itu merupakan warga minoritas yang ditangkap delapan bulan lalu. Bangura sendiri merupakan utusan khusus PBB untuk masalah kekerasan seksual dan konflik di Timur Tengah.

Menurutnya, keaslian pamflet itu sudah diverifikasi dan memang berasal dari ISIS. ”Gadis-gadis dapat dijajakan seperti bensin barel,” katanya dalam sebuah wawancara di New York, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (4/8/2015).

“Seorang gadis dapat dijual dan dibeli oleh lima atau enam orang yang berbeda. Kadang-kadang militan ini menjual gadis-gadis kembali ke keluarga mereka untuk ribuan dolar dari uang tebusan,” lanjut Bangura.

Untuk militan ISIS, harga anak laki-laki dan perempuan berusia satu hingga sembilan tahun bisa dihargai sekitar US$165. Sedangkan untuk gadis remaja harganya US$124. Harga bisa bekurang untuk perempuan di atas usia 20 tahun.

Menurut Bangura, para pemimpin militan ISIS adalah orang pertama yang diprioritaskan untuk mendapatkan gadis-gadis muda yang dijual. Setelah itu, baru orang-orang kaya di Timur Tengah yang melakukan transaksi.

Sedangkan militan ISIS biasa, lanjut Bangura, akan mendapat gadis-gadis yang tersisa. Bangura yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri Muslim Sierra Leone, mengatakan bahwa ISIS, yang memerintah sekitar 80.000 mil persegi di sejumlah bagian Irak dan Suriah, tidak seperti kelompok-kelompok pemberontak pada umumnya.

”Ini bukan kelompok pemberontak biasa," katanya. "Mereka memiliki kombinasi dari militer konvensional dan kelompok terorganisasi yang dikelola dengan baik,” ujarnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3064 seconds (0.1#10.140)