Petugas di Australia Diduga Bayar Pengungsi Wanita untuk Bercinta

Senin, 22 Juni 2015 - 09:09 WIB
Petugas di Australia Diduga Bayar Pengungsi Wanita untuk Bercinta
Petugas di Australia Diduga Bayar Pengungsi Wanita untuk Bercinta
A A A
SYDNEY - Petugas penjaga di pusat penahanan Australia diduga membayar pengungsi wanita di Nauru untuk berhubungan seks. Dugaan itu muncul dari klaim seorang mantan pekerja sosial “Save the Children”.

Mantan pekerja sosial bernama Charoltte Wilson itu mengklaim ada video yang beredar tentang skandal itu. Wilson yang bekerja untuk kelompok “Save the Children” hingga Februari 2015, mendesak dilakukan penyelidikan di pusat penanahanan para pengungsi di Nauru.

Menurut Wilson, para petugas penjaga di pusat penahanan pengungsi di Nauru dipekerjakan oleh Wilson Security, subkontraktor perusahaan Transfield Services. Para petugas itu, kata dia, sudah menyalahgunakan wewenangnya. Salah satunya membayar pengungsi wanita untuk melayani nafsu bejatnya.

“Saya diberitahu bahwa ini sudah diakui dalam pertemuan manajemen antara penyedia layanan dan petugas. Tindakan ini telah direkam dan telah beredar di sekitar staf Wilson Security,” tulis Charlotte Wilson, dalam surat aduan ke Senat Australia, seperti dikutip news.com.au, Senin (22/6/2015).

Kata Wilson, prostitusi adalah tindakan legal di Nauru, sehingga tidak ada tindakan yang telah diambil terhadap anggota staf keamanan itu. Menurutnya, prakti itu sudah hal umum, bahkan ada semacam barter demi kenikmatan seksual di kamp pengungsi.

Wilson percaya, telah terjadi kerusakan yang mendalam yang dialami hampir setiap pria lajang, wanita dan anak di dalam tahanan di pulau Nauru. Mereka jadi korban penyalahgunaan kekuasaan, merasakan ketidakpastian masa depan, ketidakberdayaan, kehilangan privasi dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai.

Mantan pekera sosial itu mencontohkan ada pencari suaka wanita yang berhenti menstruasi dan rambutnya rontok karena stress akibat kondisi di pusat penahanan pengungsi yang keras. Wanita hamil, kata dia, tidak diberikan perlakuan khusus dan tetap ikut antre makan di pusat penahanan tersebut.

Pemerintah Australia belum mengkonfirmasi tuduhan ini. Dugaan skandal ini kembali mencoreng Australia, setelah sebelumya polisi Indonesia mengungkap praktik suap pejabat Australia terhadap para penyelundup manusia agar “membuang” pengungsi ke wilayah Indonesia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4789 seconds (0.1#10.140)